Penyakit CRD (chronic respiratory disease) atau yang lebih dikenal dengan ngorok adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan ayam dan bersifat kronis. Disebut “kronis” karena penyakit ini berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama dan sulit untuk disembuhkan.
Kejadian CRD di Lapangan
Dari data yang dikumpulkan oleh tim Technical Education & Consultation Medion di 2016, CRD menduduki posisi pertama dan kedua dalam ranking penyakit yang menyerang broiler (ayam pedaging) maupun layer (ayam petelur). Telah kita ketahui bahwa CRD bersifat imunosupresif atau mampu menekan sistem kekebalan ayam. Di lapangan, kejadian CRD murni jarang ditemui dan umumnya disertai komplikasi dengan penyakit lain terutama E. coli, sehingga disebut CRD kompleks.
CRD pada ayam disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum (MG), yang merupakan organisme mirip bakteri (bacteria-like organism). Serangan CRD sangat erat kaitannya dengan sistem pernapasan ayam. Saluran pernapasan ayam secara alami dilengkapi dengan pertahanan mekanik. Permukaannya dilapisi mukosa dan terdapat silia (bulu-bulu getar) serta mukus yang berfungsi menyaring udara yang masuk.
Namun fungsi mukosa dan silia tersebut dapat terganggu ketika kondisi lingkungan kandang ayam kurang baik, terutama jika kadar amonia di dalam kandang cukup tinggi. Adanya gas amonia dengan kadar tinggi akan merusak membran saluran pernapasan atas (mukosa dan silia), sehingga bibit penyakit seperti M. gallisepticum dengan leluasa dapat masuk bersamaan dengan aliran udara yang sebelumnya telah terkontaminasi dan menempel pada mukosa saluran pernapasan dan merusak sel-selnya. Adanya bakteri ini akan memicu terjadinya radang dan aliran darah di daerah tersebut menjadi meningkat. Bakteri akan ikut aliran darah dan menuju kantung udara, dimana kantung udara merupakan tempat yang cocok (predileksi) untuk M. gallisepticum hidup dan berkembang biak.
Dampak CRD
Sebagai penyakit tunggal, CRD dapat menyerang ayam pada semua umur, dengan angka kesakitan tinggi tetapi angka kematian rendah. Sedangkan, CRD kompleks dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Dampaknya yakni pertumbuhan bobot badan terhambat, penurunan mutu karkas, penurunan produksi telur, tidak tercapainya keseragaman bobot badan serta banyaknya ayam yang harus diafkir. Adanya gangguan pada sistem pernapasan akibat infeksi CRD kompleks, akan menyebabkan asupan oksigen berkurang dan proses metabolisme tubuh akan terganggu sehingga pertumbuhan ayam terhambat serta efisiensi ransum menjadi jelek. CRD kompleks juga dapat menghambat keberhasilan vaksinasi karena bersifat imunosupresi (menekan kekebalan).
Gejala klinis yang muncul akibat CRD dapat bervariasi diantaranya keluar lendir dari hidung, ngorok, serta radang pada konjungtiva mata sehingga tampak bengkak dan berair. Penurunan konsumsi ransum juga terjadi diikuti dengan perkembangan bobot badan yang berada di bawah standar. Namun jika berkomplikasi dengan colibacillosis, gejala klinis yang muncul pada ayam umur muda di antaranya ayam terlihat menggigil, kehilangan nafsu makan, penurunan bobot badan, dan peningkatan rasio konversi ransum. Anak ayam lebih sering terlihat bergerombol di dekat pemanas.
Perubahan patologi anatomi yang terlihat antara lain rongga dan sinus hidung berlendir. Laring dan trakea mengalami peradangan serta kantung udara menjadi keruh atau mengandung lendir. Pada stadium selanjutnya, lendir menjadi berwarna kuning dan berkonsistensi seperti keju. Eksudat seperti ini juga dapat ditemukan di jantung dan pericardium. Pada ayam yang menderita komplikasi dapat ditemukan peradangan pada pericardium, kapsula hati, dan kantung udara. Perubahan lain yang dapat ditemukan antara lain selaput lendir trakea terselaputi dengan cairan lendir, bengkak, dan berwarna merah kekuning-kuningan.
Pengobatan dan Penanganan
Salah satu prinsip pengobatan yaitu obat harus sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang. Terlebih lagi, M. gallisepticum tidak memiliki dinding sel. Oleh karena itu, jenis antibiotik yang dipilih harus mempunyai cara kerja menghambat pembentukan asam folat dan protein yang akan langsung merusak intisel bakteri M. gallisepticum. Contoh produk yang dapat digunakan untuk membasmi CRD maupun CRD kompleks salah satunya adalah Neo Meditril.
Neo Meditril merupakan antibiotik yang bekerja langsung pada inti sel bakteri sehingga ampuh membunuh bakteri Mycoplasma. Berikan sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang tertera pada etiket atau leaflet produk. Lakukan rolling atau penggantian antibiotik setiap 3-4 periode pemeliharaan untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Selain pemberian antibiotik, beberapa tindakan yang harus dilakukan dalam menangani kasus CRD antara lain:
· Pemberian multivitamin dosis tinggi Fortevit untuk mengatasi stres dan meningkatkan stamina tubuh ayam. Serta Egg Stimulant atau Neobro untuk memperbaiki produksi.
· Saat awal masa brooding, setiap sisi kandang harus ditutup dengan tirai, namun tetap harus disisakan celah ± 20 cm di bagian atas kandang untuk memperlancar sirkulasi udara dalam kandang.
· Atur kepadatan kandang, dimana kepadatan ayam yang ideal adalah 15 kg per m2 atau setara dengan 6-8 ekor ayam pedaging dan 12-14 ekor ayam petelur grower (pullet) per m2. Atur buka tutup tirai dengan baik dan jika perlu pasang kipas atau blower untuk membantu perputaran sirkulasi udara.
· Lakukan pembolak-balikan litter secara teratur setiap 3-4 hari sekali. Jika litter basah dan menggumpal dalam jumlah sedikit, segera ambil dan ganti dengan yang baru. Kurangi kadar amonia dalam kandang dengan menyemprotkan Ammotrol pada feses. Bisa juga dilarutkan dalam air minum sebanyak 0,5 - 1 gram per 2 liter air minum.
· Lakukan penyemprotan dalam kandang dengan desinfektan Medisep atau Neo Antisep.
Dengan menerapkan beberapa langkah di atas, diharapkan peternak mendapat pencerahan mengenai cara menangani kasus CRD. Semoga bermanfaat. Salam. lTROBOS/Adv