Memahami Penyebab Kematian Fetus pada Sapi

Memahami Penyebab Kematian Fetus pada Sapi

Foto: istimewa


Pengetahuan tentang fase kebuntingan dan tantangannya sangat penting guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan


Kelahiran merupakan terminal proses yang panjang dan menentukan keberhasilan sebuah program dalam beternak. Namun adanya abortus dapat menghancurkan segalanya. Secara umum jika embrio dan fetus berkembang dengan benar selama kebuntingan, maka akan menghasilkan kelahiran yang normal. Sedangkan jika perkembangannya salah selama kebuntingan maka akan menyebabkan kematian pada fetus. Kematian fetus meliputi abortus yaitu kematian fetus yang dapat dikeluarkan oleh sapi, stillbirth yaitu kematian fetus yang tertahan di tubuh sapi, serta ada pula fetus yang berkembang namun terjadi selama kebuntingan yang disebut fetal malformation.

 


Komisi Ahli Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian, Agung Budiyanto mengatakan abortus adalah sebuah kejadian hilangnya fetus mulai dari 42 hari sampai sekitar 240 hari masa kebuntingan. “Kasus abortus akan berkepanjangan apabila pasca kejadian tidak menjadi perhatian serius. Kerugian menjadi banyak, sudah kehilangan pedet, post partum menjadi lama, belum lagi fleksinya yang tidak diatasi, akan menyebabkan peternak kehilangan waktu dan tenaga yang cukup banyak,” kata Agung dalam kegiatan webinar nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan Program Studi di Luar Kampus Utama Universitas Airlangga (HMKH PSDKU Unair) Banyuwangi.



Penyebab Abortus
Adapun penyebab abortus masih di dominasi oleh faktor-faktor infeksius. Ada 2 jenis infeksi, yang pertama penyebab spesifiknya adalah patogenik. Sedangkan yang kedua bakteri atau mikroorganisme yang secara normal terdapat perubahan sifat menjadi patogen.

 


Beberapa contoh penyakit infeksius yang disebabkan oleh virus yaitu Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) dan Bovine Viral Diarrhea-Mucosal Disease (BVD-MD). “Penyakit ini menular, yang perlu ditekankan di dalam kejadian semua kasus abortus tidak ada gejala spesifik, semua gejala sama yaitu aborsi,” sebut Agung. Ia juga mengatakan umumnya penyakit reproduksi tidak bersifat sistemik, kecuali penyakit seperti IBR terdapat gejala pada saluran atas, sedangkan BVD gejalanya mengalami diare.

 


Ada pula penyakit menular di Indonesia yang bernama Akabane. Akabane merupakan penyakit menular non contagius yang disebabkan oleh virus Akabane dan ditandai dengan adanya Arthrogryposis (AG) disertai atau tanpa Hydraencephaly (HE). Hewan yang peka adalah sapi, domba, dan kambing. Kerugian yang diakibatkan oleh penyakit Akabane adalah keguguran, mumifikasi fetus dan kelahiran cacat.

 


Selain penyakit yang disebabkan oleh virus, ada juga yang disebabkan oleh bakteri. Seperti misalnya Brucellosis disebabkan oleh B.abortus. Brucellosis dapat menyebabkan kematian (kluron), gangguan reproduksi berupa kemajiran temporer dan permanen pedet lemah lahir, retensi plasenta, tanda-tanda infeksi pada selaput, dan testis yang membengkak pada sapi jantan. Brucellosis dapat diketahui melalui Rose Bengal Test (RBT), Complement Fixation Test (CFT), dan Milk Ring Test.

 


Kemudian Leptospira, Toxoplasmosis (Toxoplasma gondii), Blue tounge juga dapat menyebabkan abortus pada ternak. Ada pula penyebab abortus oleh jamur, sering disebut dengan fungal abortions yang juga bersifat sporadik. ”Namun bukan berarti penyebab abortus hanya karena infeksi, beberapa penyebab abortus lainnya seperti drug-induced (prostaglandins) dimana kesalahan ini terjadi karena ketidaksengajaan yang dilakukan oleh petugas karena tidak tahu kalau ternak sedang bunting. Hal ini akan menyebabkan ternak yang tadinya bunting menjadi tidak bunting atau abortus,” tutur pakar reproduksi ternak ruminansia dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada ini.

 


Selanjutnya insemination atau intra-uterine infusion. Terdapat 5 – 10 % keadaan dimana sapi mengalami birahi ketika bunting. Hal itu akan menyebabkan petugas yang tidak berhati-hati melakukan inseminasi buatan pada sapi tersebut. Selain itu, hypothyroidism, kekurangan nutrisi pada pakan, kebuntingan kembar, genetik bahkan trauma karena transportasi, suara dan perlakuan petugas juga dapat mengakibatkan abortus pada ternak.

 


Memahami Penyebab Kematian Fetus pada SapiSelengkapnya Baca Di Majalah TROBOS Livestock Edisi 265/Oktober 2021

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain