Edukasi Seputar Daging Ayam pada Kader Stunting

Edukasi Seputar Daging Ayam pada Kader Stunting

Foto: Dok. Bella, TROBOS


Bogor (TROBOSLIVESTOCK.COM). Stunting merupakan keadaan di mana balita gagal tumbuh, akibat kurangnya nutrisi yang didapatkan. Stunting perlu diatasi dengan serius, salah satunya dengan menyediakan olahan protein hewani bagi anak. 

 

Dalam rangkaian acara Poultry Carnival 2023, MIPI (Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia) Komda Banten dan Jawa Barat mengadakan Training for the Champion Bagi Kader Pencegahan Stunting. Training ini dilaksanakan dalam rangka akselerasi penurunam stunting di lokus berisiko stunting di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Adapun training ini dihelat pada Jumat (24/11) di Sekolah Vokasi IPB University Bogor, Jawa Barat.

 

Dalam sambutannya, Fariz Am Kurniawan selaku Kaprodi Teknologi & Manajemen Ternak (TNK), Sekolah Vokasi IPB University mengaku sangat senang bekerja sama dengan MIPI dan para mitra lainnya dalam rangka berperan nyata mendukung program nasional, guna mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia.  Penyelenggaraan ToT tahap 2 ini, juga bekerja sama dengan Prodi Manajemen Industri Jasa Makanan & Gizi (GZI), Sekolah Vokasi, IPB University.

 

“Dengan fasilitas sarana dan prasana di Prodi TNK yang memadai untuk penanganan dan  pengolahan produk unggas, diharapkan dapat membekali para peserta kader pencegahan stunting dengan ilmu serta teknik terapan yang mudah ditularkan kepada para orang tua yang memiliki balita berisiko stunting,” kata Fariz.

 

Selanjutnya, Wakil Dekan Sekolah Vokasi IPB University Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Rina Martini menilai bahwa kegiatan ini sangat menarik sekali sebab ibu-ibu kader stunting adalah agen pencegahan stunting. “Saya sendiri di sini kebetulan mengajar di gizi, sehingga sangat terktarik terkait dengan kasus stunting,” ucap Rina.

 

Rina mengungkapkan bahwasanya stunting itu bukan hanya anak lapar kemudian menjadi kurang gizi. Tetapi anak mengalami proses yang sangat lama, sehingga bukan hanya sehari, seminggu, atau sebulan. Namin stunting merupkan masalah gizi yang sangat lama.

 

Pada kesempatan yang sama, berkesempatan menjadi pemateri dalam pelatihan kali ini, Wakil Kepala Lembaga Kepemimpinan dan Pendidikan Eksekutif IPB University, Pria Sembada menerangkan bahwa ia memiliki tim bernama Maggnesia. "Maggnesia mencoba untuk berkontribusi terhadap penyelesaian dua masalah utama. Pertama adalah masalah food loss and waste dan kedua adalah masalah krisis yang diakibatkan oleh perang dan pandemi," sebut Pria pada redaksi TROBOS Livestock.

 

Menurut Pria, masalahnya adalah untuk food loss and waste itu dicoba untuk memanfaatkan black soldier fly (BSF) untuk mengurai sampah. Ini sudah mulai banyak dilakukan oleh yang lainnya juga. Namun yang paling membedakan adalah, Maggnesia memang menjadikan larva BSF ini untuk menjadi tepung yang nantinya dimasukkan ke dalam ransum ayam.

 

"Ini sudah kita coba untuk hilirisasi dan berpotensi untuk mengurangi impor dari tepung ikan dan lain sebagainya. Berikutnya, kita juga pada saat pemeliharaan diberikan ke ayam kampung yang proses pemeliharaannya kita coba untuk meminimalisir penggunaan yang antibiotik. Sehingga pemeliharaannya relatif herbal dan alami," ungkap pria yang juga Dosen IPB University ini.

 

Inovasi berikutnya ialah yang berkaitan dengan ayamnya atau disebut ayam sehat. Ayam sehatnya memang bebas antibiotik dan sudah dilakukan pengujian. Mudah-mudahan cukup bersaing untuk ke pasar tertentu, yang memang concern tentang kesehatan. Untuk ayam sehatnya, mudah-mudahan bisa berkontribusi terhadap pencegahaan stunting di empat desa di Bogor.

 

Materi selanjutnya yaitu tentang penilaian kualitas dan penanganan daging ayam, yang disampaikan oleh Dosen Program Studi Teknologi dan Manajemen Ternak, Sekolah Vokasi IPB University, Danang Priyambodo. "Dalam menilai kulitas ayam, kita lihat bentuk karkasnya dulu. Kalau bentuk karkasnya tidak simetris, sayapnya kecil sebelah, berarti itu ayam ya sudah tidak normal," kata dia.

 

Lebih lanjut, Danang menjelaskan bahwa yang berikutnya adalah dilihat warna daging, warna kulit, aroma, tekstur atau kekenyalan dagingnya. Bentuk karkas yang baik ialah kompak atau simetris atau tidak ada yang cacat. Kemudian warna daging ayam, yakni kategorinya daging putih kekuningan atau cerah, tidak gelap, tidak pucat, tidak kebuiruan dan tidak kemerahan.

 

“Warna kulitnya juga sama, putih kekuningan, bukan yang putih sekali. Kemudian ketika disentuh daging itu terasa lembap dan tidak lengket. Berikutnya, baunya masih bisa diterima. Selanjutnya kekenyalan daging ini ketika kita tekan/pegang, itu akan kembali lagi seperti semula. Sedangkan bagian dalam karkas itu bersih, dan dagingnya berwarna putih agak pucat. Terakhir tidak terdapat sisa darah yang berlebihan,” terang Danang.

 

Berkesempatan untuk diwawancara secara langsung Ketua MIPI Komda Banten dan Jabar, Maria Ulfah mengaku bahagia sekligus lega sebab kegiatan ini bisa berdampak positif untuk anak-anak yang mengalami stunting. Hal ini ditandai dengan laporan pertambahan bobot badan usai mengonsumsi telur setiap hari. "Kita pantau terus, bobot badannya menjadi meningkat," tutup Maria.

 

Acara ini pun dihadiri oleh Dosen Prodi TNK, Sekolah Vokasi IPB Unibersity yakni Gilang Ayuningtyas, Fitriani Eka Puji dan Dudi Firmansyah. Usai seminar selesai dilakukan, para kader stunting melakukan praktik mengolah daging ayam di Dapur Gizi Sekolah Vokasi IPB University.

 

Testimoni Kader Stunting

Dalam kegiatan training ini, ibu-ibu kader stunting sangat antusias. Adapun TROBOS Livestock mengumpulkan beberapa testimoni dari para ibu kader stunting. Di antaranya testimoni perwakilan peserta ToT (Kader Pencegahan Stunting) yang bernama Latifah yakni Kader KPM Stunting Desa Sukadamai.

 

“Dengan adanya  program ini, saya pribadi selaku kader KPM (stunting) berterimakasih karena program yang diselenggarakan oleh MIPI Komda Jabar, DKI Jakarta & Banten bekerja sama dengan Prodi TNK, Sekolah Vokasi IPB University dan para sponsor sangat membatu sekali dalam rangka penurunan stunting bagi desa kami yg menjadi lokus stunting. Terlihat dari data, ada kemjuan kenaikan bobot badan balita setelah menerima manfaat yg didapat dari program ini, seperti gerakan makan telur setiap hari di mana telurnya disediakan oleh program ini,” kata Latifah.

 

Adapun pemantuan juga terus dilakukan kader pada sasaran balita yang berisiko stunting/stunting yg juga didampingi oleh bidan, ketua PKK desa dan kader lainnya. Penyuluhan menggunakan materi yang diperoleh oleh para kader dari narasumber saat ToT, juga terus menerus dilakukan oleh kader terhadap orang tua yg memiliki balita stunting/risiko stunting pada saat pembagian telur di posyandu masing-masing.

 

"Untuk pelatihan sangat bermanfaat karena ilmu yg pastinya buat kami selaku kader yang masih minim pengetahuan. Alhamdulillah bisa menyampaikan ilmu yang diperoleh dari hasil pelatihan ke orang tua yg memiliki balita langsung. Kami menjadi paham bahwa tugas kader juga  bukan hanya memberikan produk unggas, tetapi juga memastikan bahwa sumber makanan yang diberikan kepada balita juga harus baik  kualitasnya,” tutur dia.

 

Ia sangat senang karena bisa praktik langsung tentang penanganan dan pengolahan produk unggas yang baik, dantentunya ilmu ini sangat bermanfaat untuk orang tua yang memiliki baduta dan balita. Untuk harapan kedepan, semoga program ini tidak putus sampai Desember saja, semoga bisa berlanjut. “Kami juga masih memerlukan teori dan praktik pembuatan MPASI yang benar yang perlu kami tularkan pada orang tua balita,” harap Latifah.

 

Adapun Kader dari Desa Sinarsari, Nur Hamidah mengucapkan terima kasih kepada MIPI dan Dosen Sekolah Vokasi IPB University yang telah memberikan pelatihan kepada kader posyandu yang sudah berjalan sebanyak 2 tahap. Wanita yang karib disapa Hamidah ini mengaku banyak sekali ilmu yang didapatkan, di antaranya bagaimana cara memilih telur dan daging ayam yang baik serta sehat.

 

“Dengan adanya program pelatihan ini kami akan memberikan ilmi yang kami dapat, sehingga teman-teman kader bisa berbagi kepada ibu-ibu balita yang ada di Posyandu. Sebab ini baik sekali, bagaimana memilih telur dan daging yang baik untuk pemenugan gizi balita,” jelas Hamidah.

 

Senada dengan Latifah, Hamidah pun berharap semoga ada kelanjutan karena mereka masih membutuhkan ilmu yang lain yang belum didapatkan. Semoga ilmunya dapat diaplikasikan ke masyarakat, balita yang ada di lingkungan menjadi anak yang sehat dan cerdas. Dengan adanya program ini, semoga stunting yang ada di Kecamatan Dramaga menurun, bahkan terbebas dari stunting.bella

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain