Manajemen Rantai Pasok Broiler Nasional Cukup Kompleks

Manajemen Rantai Pasok Broiler Nasional Cukup Kompleks

Foto: Istimewa


Makassar (TROBOSLIVESTOCK.COM). Harga ayam pedaging (broiler) yang berfluktuatif di pasaran ternyata tidak hanya disebabkan oleh suplai berlebih, tetapi juga dipengaruhi manajemen rantai pasok yang kompleks. Seperti diutarakan Agung Suganda Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak,  Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) bahwa industri perunggasan, khususnya broiler, merupakan industri dengan kapitalisasi yang cukup besar dan terintegrasi dari hulu sampai hilir, serta telah mengimplementasikan manajemen rantai pasok yang bertujuan untuk mengefektifkan produksi dan meningkatkan daya saing pasar.

 

“Manajemen rantai pasok broiler di Indonesia merupakan sistem yang kompleks, dan menjadi arena bagi para aktor rantai pasok untuk saling berkontestasi dalam pembentukan harga broiler.” ungkapnya dalam Ujian Akhir Desertasinya yang berjudul “Kompleksitas Rantai Pasok dan Kontestasi Aktor dalam Mempengaruhi Fluktuasi Harga Ayam Broiler di Indonesia” di Aula Prof Fachrudin, Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar Sulawesi Selatan pada (17/05).

 

Menurut Agung, modernisasi rantai pasok ayam broiler mengarah pada paradigma pembangunan liberal berbasis teori liberalisme, namun dalam praktek pembentukan harga broiler mengarah pada paradigma post strukturalis, dimana penetapan harga broiler bukan semata-mata ditentukan keseimbangan supply and demand, tetapi penetapan harga pada realitasinya dikonstruksikan oleh kontestasi aktor rantai pasok broiler.  Untuk menyederhanakan pembahasan kontestasi aktor maka rantai pasok broiler dibagai dalam dua arena yaitu arena suplai live bird (LB) dan arena pasar live bird.

 

Kontestasi aktor pada arena suplai LB dimenangkan oleh perusahaanintegrator, sedangkan pada arena pasar LB dimenangkan oleh broker.  Apabila dilihat dari teori kontestasi aktor, terbentuk pola kontestasi baru pada arena suplai LB yaitu pola dominasi minoritas yang dicirikan dengan kondisi keuntungan yang didapatkan suatu aktor berasal dari kerugian yang dialami aktor lainnya (zero sum game), dimana dominasi hanya dilakukan oleh dua perusahaan Integrator besar sehingga dapat dikatakan minoritas serta mengarah pada struktur pasar oligopoli. Lebih lanjut Ia jelaskan kontestasi aktor pada arena pasar LB membentuk pola baru yaitu pola koeksistensi kompetitif yang dicirikan masing-masing aktor yang berkontestsi didepan sama-sama eksis dan tidak saling mengganggu namun dibelakang saling mematikan. 

 

Agung kemukakan struktur pasar kompetisi menjadi arena kontestasi para aktor arena suplai dan arena pasar LB dalam menentukan harga LB. Pelaku suplai LB yang sebagian besar berafiliasi dengan dua pelaku perusahaan Integrator besar akan berkontestasi dengan broker sebagai pelaku dominan pada arena pasar LB karena memiliki akses kepada pelaku rantai pasok yang lainnya untuk mencari informasi harga terbaik.

 

“Dalam rangka melindungi pelaku usaha mandiri dan peternak rakyat diperlukan kebijakan pemerintah melalui instrumen kebijakan yang mampu memberikan perlindungan dan pemberdayaan pelaku usaha mandiri dan peternak rakyat agar memiliki daya saing dalam rantai pasok ayam pedaging agar pembangunan industri perunggasan dapat dirasakan manfaatnya lebih merata dan berkeadilan baik di tingkat nasional maupun daerah,” ujarnya.

 

Ia utarakan tujuan penelitian adalah menganalisis kompleksitas dan kontestasi aktor rantai pasok broiler dalam mempengaruhi fluktuasi harga broiler dan menganalisis fluktuasi dan disparitas hargabroiler dan karkas di Indonesia, ditengah kompleksitas dan kontestasi aktor rantai pasok. “Untuk lokasi yang dipilih pada penelitian ini adalah tingkat nasional dan tingkat provinsi secara purposif random sampling berdasarkan pertimbangan sentra produksi broiler di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan,” pungkas Agung. TROBOS/ramdan

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain