Unpad Kukuhkan Dua Guru Besar, Salah Satunya dari Fapet

Unpad Kukuhkan Dua Guru Besar, Salah Satunya dari Fapet

Foto: Dok. Istimewa


Bandung (TROBOSLIVESTOCK.COM). Pada hari ini (29/5), Universitas Padjadjaran (Unpad) telah mengukuhkan dua Guru Besar, yakni Emi Sukiyah dalam bidang Geomorfologi Kuantitatif pada Fakultas Teknik Geologi, serta Achmad Firman dalam bidang Ilmu Sosial Ekonomi Peternakan pada Fakultas Peternakan. Acara ini digelar secara langsung yang bertempat di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Bandung, Jawa Barat. Selain itu, bagi para undangan yang tidak bisa hadir dan untuk umum bisa mengakses acara ini melalui live streaming Youtube.

 

Pada orasi ilmiah pertama, dilakukan oleh Prof Emi Sukiyah dengan judul ‘Pendekatan Kuantitatif dalam Geomorfologi serta Aplikasinya pada Eksplorasi Geologi dan Pengembangan Wilayah’. Berikutnya, orasi ilmiah disajikan oleh Prof Achmad Firman dengan judul ‘Dunia Peternakan: Dulu, Kini, dan Tantangan di Masa Depan’.

 

“Sejarah peternakan sudah dimulai sejak zaman paleolitikum, di mana pada zaman batu itu manusia hidup nomadik dan berburu. Tentunya mereka hidup dengan berpindah-pindah tempat. Akan tetapi pada zaman mesolitikum, mereka sudah mulai menetap dan ada hewan yang mulai didomestikasi,” ungkap Firman mengawali orasi.

 

Hewan yang pertama kali didomestikasi adalah anjing, yaitu sekitar 20.000 SM (sebelum masehi) sampai 14.000 SM. Kemudian berlanjut sampai 2.000 SM adalah kucing, domba, kambing, sapi, babi, kuda, unta, dan kelinci.

 

Perkembangan sejarah peternakan di Indonesia yang tercatat di dalam prasasti tugu di zaman Kerajaan Tarumanegara, di mana sudah ada persembahan 100 ekor sapi dalam rangka upacara keselamatan atas penggalian sungai. “Kemudian pada zaman Kerajaan Sriwijaya, di mana masyarakatnya pada saat itu suka mengadu ayam atau disebut sambung ayam,” kisahnya.

 

Adapun pada 1880-an, mulai diperkenalkan sapi perah oleh pemerintah kolonial. Kemudian pada 1980 pemerintah mengeluarkan SKB 3 menteri untuk menunjang industri sapi perah di Indonesia. Selanjutnya, pada 1985 impor sapi besar-besaran dilakukan pada saat itu yakni sebesar 193 ribu ekor dari Australia dan New Zealand.

 

“Kebangkitakan broiler (ayam pedaging) dibangun ketika 1979 di mana mulai bermunculan beberapa industri pembibitan broiler di Indonesia. Kemudian pada 1980-an juga mulai muncul industri penggemukan sapi potong, dalam rangka merespon kekurangan daging sapi nasional. Oleh karena itu, dapat saya katakan bahwa tahun 80-an merupakan era kebangkitan peternakan di Indonesia,” nilai Firman.

 

Perkembangan Peternakan Kini

Perkembangan peternakan di masa kini, Fiman melanjutkan, di mana produk utama peternakan adalah tiga yaitu daging, telur dan susu. Pada produksi dan konsumsi diperlihatkan bahwa produksi daging ayam dan telur mampu memenuhi target konsumsi di Indonesia. Akan tetapi, produk susu dan daging sapi belum mampu memenuhi konsumen indonesia.

 

“Produk domestik kita belum mampu memenuhi konsumen negara kita tercinta ini. Akhirnya kekurangan konsumsi tersebut, didatangkan dari impor,” kata dia.

 

Lebih lanjut, peran subsektor peternakan terhadap perekonomian nasional terbagi atas beberapa hal. Pertama ketahanan pangan, yang berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB). Kemudian penyerapan tenaga kerja, investasi, ekspor, dan impor.

 

Pada akhir orasi, Firman mengucapkan rasa terima kasih kepada oarng-orang yang berkontribusi dalam karirnya. Tak heran jika ia sempat menitikan air mata. Firman pun memberikan sebuket bungan kepada istrinya dan memeluk putra dan putrinya. Acara berlangsung khidmat dan penuh rasa haru.bella

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain