Saat ini sudah marak sekali penjualan bibit yang dilakukan petani milenial dengan memanfaatkan media online. Ini tentu menandakan meningkatnya kesadaran/pemahaman peternak akan pentingnya rumput dan leguminosa unggul
Pengembangan kepemimpinan dan kewirausahaan di kalangan generasi muda mendesak dilakukan sebagai upaya menghadapi tantangan kemajuan teknologi yang begitu pesat. Jangan lagi mendidik anak muda menjadi pekerja, tetapi bagaimana memotivasi mereka menjadi pengusaha mandiri. Adapun terdapat peluang besar pada sektor bisnis benih/bibit dan hijauan pakan ternak (HPT).
Demikian mengemuka pada seminar nasional dengan tema ‘Membangun Karakteristik Kepemimpinan dan Kewirausahaan di Kalangan Generasi Millenial dan Gen-Z’ yang digelar Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Kutai Timur, bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dan DPD Himpunan Alumni IPB Kaltim. Seminar digelar secara hybrid di Kantor Bupati Kutai Timur, Sangatta, beberapa waktu lalu.
Pembicara pertama yakni Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman yang menyatakan bahwa untuk memanfaatkan sumber daya alam (SDA) Kutai Timur yang begitu besar ini, maka pihaknya harus menyiapkan sumder daya manusia (SDM) untuk mengelolanya. “Untuk itulah kami mendirikan sekolah di Kutai Timur guna menghasilkan tenaga kerja terdidik agar mampu masuk ke dalam dunia kerja,” tuturnya.
Bupati juga menekankan bahwa harus diantisipasi bakal habisnya sumber daya mineral tambang. Sehingga perlu disiapkan SDM yang mampu memanfaatkan SDA nonmineral, seperti pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan.
Usaha Baru
Sementara Wakil Gubernur Sumatera Barat, Audy Joinaldy mengawali materinya dengan menyatakan, terdapat sejuta sarjana menganggur. Setiap tahun Indonesia meluluskan sebanyak 3 juta sarjana, sementara kuota PNS hanya 700 ribu. Pada 2021 Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang sarjana terbanyak di dunia.
“Kenapa angka pengangguran sarjana tinggi? Penyebabnya, pertumbuhan ekonomi rendah, skill dan cara berpikir yang terlalu maju, terlalu banyak lulusan di bidang sosial, tidak ada faktor ‘WOW’ dan kurangnya kesadaran untuk menciptakan lapangan kerja sendiri,” ungkap dia.
Disebutkannya, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara yakni 271 juta dari total penduduk 655 juta. Di antara negara ASEAN, Indonesia memiliki jumlah persentase wirausaha/penduduk terkecil. Hanya 2 % dari jumlah penduduk, sementara Thailand 4 %, Malaysia 5 % dan Singapura 9 %.
Menurut Audy, wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan dan membawa visi ke dalam kehidupan. “Visi bisa berupa ide inovatif, peluang, serta cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian,” urainya.
Selanjutnya, Audy menjelaskan bahwa banjir informasi memberi ruang partisipasi, sehingga memunculkan istilah trending topic. Perkembangan teknologi lebih cepat dibandingkan dengan bidang lain. Juga terjadi pergeseran kebutuhan dasar manusia, dari kebutuhan fisik ke kebutuhan komunikasi, yakni muncul kebutuhan dasar baru di era siber yakni baterai dan wifi, di mana terjadi perubahan dari berbasis produk ke berbasis platform.
Usaha Pakan
Pembicara terakhir, Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM), Prof Nafiatul Umami menjelaskan, pentingnya hijauan pakan dalam usaha peternakan. Di mana populasi sapi pada 2021 sebanyak 18,05 juta ekor, sementara kambing 19,22 juta ekor dan domba 17,9 juta ekor. Ruminansia sebagai hewan herbivora membutuhkan hijauan pakan sebanyak 10 % dari bobot hidupnya. Konsumsi hijauan pakan satuan ternak berkisar 40-50 kg hijauan segar per hari atau sekitar 8-10 kg hijauan kering per hari.
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 299/ Agustus 2024
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 299/ Agustus 2024