Harga Broiler & Telur Cenderung Turun

Tren harga ayam hidup (live bird) di wilayah Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi) selama September kemarin cenderung turun. Menghadapi perayaan Idul Adha, permintaan ayam hidup punmenunjukkan penurunan. Pada awal September harga ayam hidup berada di level Rp 14ribu per kg dan pada minggu terakhir Septemberanjlok ke angka Rp 12–13ribu per kg. “Di wilayah pinggiran seperti Cianjur dan Sukabumi harga ayam hidup dipatok lebih rendah yakni Rp 11 – 12 ribu per kg,” ungkap Sigit Prabowo, peternak broiler (ayam pedaging) di Bogor.

 

Untuk harga DOC (day old chick/ayam umur sehari) selama September berada di kisaran Rp 1–2ribuper ekor. Sedangkan harga pakan bervariasi antara Rp 6.000 –6.800 per kg.“Harga pakan ini turun Rp 200 –300 per kg dari bulan sebelumnya karena adanya subsidi dari pabrik pakan,” kata Sigit.

 

Adapun HPP (Harga Pokok Produksi) selama September rata-rata di Rp 16.500 per kg. Hal ini sangat disayangkan oleh Sigit, karena performa ayam sedang baik dan jarang mengidap penyakit sehingga ukurannya besar. Kondisi ini berbeda dari bulan sebelumnya karena ayam terkena cekaman akibat cuaca ekstrim memasuki pergantian musim.

 

Informasi dari Muhlis Wahyudi, Wasekjen Pinsar Jogjakarta, harga broiler di pulau Jawa, Sumatera, dan Bali hampir sama sepanjang September lalu. Di minggu pertama harga live bird berkisar antara Rp 19 – 21ribuper kg. Di minggu ke-2, harga kembali turun ke level Rp 18ribu per kg. “Turunnya harga disebabkan banyaknya ayam yang lambat tumbuh, sehingga menambah biaya operasional hingga Rp 2ribu kg dan membengkaknya FCR (Feed Convertion Ratio / rasio konversi pakan).

 

Pada minggu ke-3 September, harga live bird kembali melemah menjadi Rp 15 –16ribu per kg. Di samping ayam lambat tumbuh, kata Muhlis, turunnya harga juga dipicu oleh kekeringan, harga penawaran ayam yang turun sehingga peternak menahanpenjualanayam dan berimbas pada menumpuknya ayam di kandang. Di minggu ke-4, harga live bird berada di kisaran Rp 13.000 –14.500per kg. “Ayam dipertahankan pada harga sekian, untuk menghindari penurunan harga pada hari raya Idul Adha yang diprediksi terjadi penurunan permintaan karena masyarakat memilih untuk mengonsumsi daging kurban,” kata Muhlis.

 

Sementara, HPP selama September berada di kisaran Rp 16.000 –16.500per kgdan harga pakan stabil di kisaran Rp 6.900 –7.000per kg.Untuk harga DOC di minggu ke-1 dan ke-2 berada di level Rp 3 –4ribuper ekordan turun ke angka Rp 2 –3ribuper ekor.

 

Sedangkan Ibrahim, peternak broiler di Makassar, harga DOC dan live birddi wilayah Sulawesi Selatan sulit diamati selama September. Hal itu dipengaruhi oleh kecenderungan peternak layer (ayam petelur) mengalami kelebihan pasokan, sementara permintaan akan ayam hidup yang menurun. “PasokanDOC melebihi angka 11 – 18ribu per boks/minggu atau kelebihan 2– 5boksdari permintaan,” ungkapnya.  Di samping itu, tata niaga yang tidak kondusif, memperparah kondisi tersebut.

 

Produksi broiler mengalami penurunan hingga 13 % karena penyakit ngorok dan Newcastle Disease (ND). Penyakit ini, menurut Ibrahim, dipicu oleh perubahan musim. Pada akhir September, harga DOC diperjual-belikan pada angka Rp 3.500 –4.000 per ekor, sedangkan live birddijual ke pengumpul seharga Rp 17.500 –18.000 per kg. HPP peternak broiler di Septembersekitar Rp 16.500 per kg.

 

Menurut Ibrahim, harga tersebut masih terbilang lebih baik dibanding wilayah lain di Indonesia. Meski demikian, diprediksiharga DOC dan live birdakan terus turun memasuki awal hingga akhir Oktober ini.

 

Harga Telur

Pun dengan harga telurdi Jabodetabek mengalami penurunan selama September. Telur yang semula diperjualbelikan seharga Rp 17 ribu per kg di awal September, tercatat anjlok ke level Rp 15.000 –15.300 pada Kamis (25/9). “Pergerakan harga telur selama September tidak bisa diprediksi,” ujar peternak layer di Tangerang, Soeyanto.

 

Sementara, harga DOC layer berada di kisaran Rp 4.200 –4.500 per ekor. Ayam apkir dijual dengan harga Rp 40ribu per ekor yang stabil semenjak Idul Fitri lalu. Turunnya harga jagung mempengaruhi harga pakan layerdan diperkirakanharga pakan campuran di pasar saat ini berada di kisaran Rp 4.800 –5.000per kg.

 

Secara umum produksi telurdiTangerang diSeptembermenunjukkan penurunan karena banyak ditemukan ayam yang sakit, bahkan hingga mati. Beberapa penyakit yang ditemukan antara lain AI (avian influenza/flu burung), ND, dan coryza.

 

Suparwo, peternak layer di Makassar menyatakan harga telur di Makassar sepanjang September cenderung stabil. Pada minggu pertama, harga berada di kisaran Rp 17.500 – Rp 18.000 per kg, kemudian turun ke angka Rp 17.500 –17.800  per kg pada minggu ke-2. Di minggu ke-3, harga telur berada di kisaran Rp 17.500 – Rp 18.000per kg.Di minggu ke-4 harga turun lagi ke angka Rp 17ribuper kg. Kisaran harga tersebut hampir sama dengan harga telur di Agustus laluyang berkisar antara Rp 17 –18ribu per kg.

 

Penurunan harga, kata Suparwo, dipengaruhi oleh harga telur Jawa yang masuk ke Kalimantan. Turunnya harga telur asal Jawa Timur menuntut produsen telur di Makassar dan sekitarnya seperti Pare-Pare dan Sidrap untuk menyesuaikan harga. Di Septemberini, DOC layer dijual dengan harga Rp 2.500per ekor, sedangkan ayam apkir dijual seharga Rp 27.500 –30.000 per ekor.

 

Suparwo mengungkapkan, total produksi telur di Makassar mengalami penurunan kurang lebih 25 %. Hal inikarena dipengaruhi oleh cuaca yang panas dan banyak ayam yang terkena wabah coryza (snot) dan CRD. Meski demikian, ia memastikan, pasokan telur cukup untuk memenuhi permintaan.

 

Adapun pakan campuran (kombinasi konsentrat, jagung, dan dedak) selama SeptemberRp 4.500 per kgsedangkan pada bulan sebelumnya, harga ransum komplit ini sedikit lebih mahal, yakni Rp 4.600 per kg. Penurunan harga, disebabkan karena ada penurunan harga jagung dan dedak. Pasokan jagung di Makassar saat ini melimpah pasca panen jagung. Jagung dengan kadar air 14 – 15 % di Sulawesi Selatan dihargai Rp 3. 100 per kg.

 

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 181 / Okt 2014

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain