Harga Broiler dan Telur Variatif

Harga live bird (ayam hidup) broiler (ayam pedaging) di wilayah Lampung pada Januari 2015 cenderung mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya. Jenny Soelistiani, peternak broiler asal Lampung, menyampaikan harga live bird pada minggu pertama Januari berada di angka Rp 16.000 per kg. Harga live bird kemudian meningkat menjadi Rp 17.500 per kg hingga minggu ke-4 (21/1).  Di Desember, kata dia, harga live bird hanya di sekitar Rp 15.000 per kg. 

 

Jenny melanjutkan, meskipun demikian, kenaikan harga sapronak seperti DOC (Day Old Chick/ ayam umur sehari) juga naik dari waktu ke waktu. Ia mengeluhkan harga DOC yang berfluktuasi dari semula di angka Rp 2.500 per ekor turun ke Rp 1.200 per ekor, lalu meningkat ke level Rp 3.500 per ekor. Per minggu ke-4 Januari harga DOC naik dari Rp 3.500 per ekor menjadi Rp 5.000 – 5.200 per ekor.

 

“Itulah masalahnya. Kita mendapat kepastian harga DOC, tapi tidak mendapat kepastian harga live bird,” keluhnya. Disinggung mengenai hargapakan, ia mengatakan tidak mengalami perubahandanmasihberkisar di Rp 6.700 per kg.

 

Di musim penghujan ini, Jenny mengungkapkan banyak ayam yang mengalami lambat tumbuh.Banyak ayam yang seharusnya sudah memiliki bobot 1,4 kg tapi baru mencapai angka 1,2 kg. “Situasi udara di musim penghujan ini menyebabkan ayam-ayam yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar,” ungkapnya.

 

Kebanyakan ayam dipanen pada umur 34 – 35 hari dengan ukuran 1,3 – 1,4 kg. Jenny juga menyebut CRD (Chronic Respiratory Disease) adalah penyakit yang umum ditemui di farm-nyadengan mortalitasnya mencapai 2 – 3 %.

 

Kasus ayam yang terlambat tumbuh juga dialami Rudi, peternak di Kalimantan Selatan. “Pertumbuhan ayam telat selama 3 – 4 hari, sehingga waktu panen mundur untuk mendapatkan bobot 1,7 kg,” ujarnya.

 

Meskipun demikian Rudi mengakui di Januari 2015 ini harga live bird membaik dan cenderung stabil. Ia menjelaskan, tren harga turun sejak Desember 2014. “Untuk seluruh Kalimantan harga live bird sekarang sudah di atas Rp 20.000 per kg,” ungkapnya. Harga ayam hidup di Kalimantan Selatan sekitar Rp 21.000per kg, sementara di Kalimantan Timur di Rp 22.500 per kg. Harga tertinggi berada di Kalimantan Tengahyang mencapai lebih dari Rp 23.000 per kg. Sementara di Kalimantan Barat harga berada di angka Rp 21.000 per kg.

 

Ia membeberkan, HPP (harga pokok produksi) yang dikeluarkan untuk panen pada Rabu (21/1) sebesar Rp 16.500 per kg. “Kalau DOC masih berada di kisaran Rp 3.000 – 3.500 per ekor, sedangkan harga pakan rata-rata di angka Rp 6.700 per kg tergantung tingkat penjualannya,” imbuhnya.

 

Menyinggungsoalpenyakit, Rudi mengatakan tidak menemukan penyakit baru di kandangnya. Tapi, ia mengaku mengalami masalah dengan adanya hama serangga berupa lebah. “Lebah ini sulit dihindari saat siang hari. Sangat merugikan karena selain membuat ayam stres juga ikut memakan pakan broiler,” jelas Rudi yang sudah 11 tahun beternak ini. Namun demikian, iatidak menemukan efek yang signifikan terhadap performa ayam. Kematian ayam pun masih di angka normal, yakni sekitar 5 %.

 

Kenaikan harga livebird yang pernah terjadi di Januari ini juga dibenarkan oleh Budi, peternak asal Bogor. Ia menggambarkan pada minggu pertama hingga minggu kedua bulan pembukadi tahunini harga live bird berada di kisaran Rp 18.000 – 19.000 per kg. “Jika dibandingkan dengan Desember, harga ini lebih bagus. Di Desember harga hanya di level Rp 15.000 – 16.000 per kg,” jelasnya.

 

Namun, memasuki minggu ke-3, harga live bird anjlok ke angka Rp 17.000 per kg. Penurunan harga ini, disebabkan oleh banyaknya ayam yang sakit dan langkanya ayam berukuran besar (lebih dari 1,6 kg). Harga penawaran pada (23/1) bahkan sudah turun ke Rp 16.000 per kg akibat banjir yang mulai menggenangi beberapa wilayah di Jakarta. Ia memprediksi, harga live bird akan terus turun di Februari, yang diramalkan memiliki curah hujan yang lebih tinggi ketimbang bulan ini. 

 

Ditanya tentang HPP, Budi menyebut HPP yang ia keluarkan bervariasi akibat adanya penurunan harga DOC. “Harga DOC sejak Kamis (22/1) turun dari Rp 5.000 – 5.200 per ekor menjadi Rp 3.500 – 4.000 per ekor,” ungkapnya. Dengan DOC Rp 5.000 per ekor, HPP broiler mencapai sekitar Rp 17.800 per kg, sedangkan HPP akan sebanyak Rp 16.800 per kg saat harga DOC di angka Rp 3.500 per ekor. Ia mensinyalir, kelebihanpasokan menjadi penyebab anjloknya harga DOC. Sementara harga pakan di Bogor, berada di kisaran Rp 6.500 per kg.

 

Cuaca yang ekstrim akibat hujan menyebabkan banyak ayam yang terserang Escherichia coli dan mengalami stres. Performa ayam di bulan ini, tidak cukup menggembirakan. “Banyak ayam yang kerdil dan sakit,” katanya. Akibatnya, tingkat kematian meningkat dari 3 – 4 % menjadi 7 – 9 %. Ia mensinyalir, hal ini juga dipicu oleh faktor kualitas DOC yang kurang baik.

 

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 185 / Februari 2015

 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain