Harga Broiler dan Telur Terpuruk

Harga live bird (ayam hidup) broiler (ayam pedaging) pada Februari 2015 mengalami penurunan secara drastis dari bulan sebelumnya, kejadian ini hampir merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Candra, peternak broiler asal Palembang Sumatera Selatan, menyampaikan harga live bird turun dibandingkan bulan sebelumnya. Harga di Palembang pada Januari paling rendah di angka Rp 12.500 per kg dan paling tinggi Rp 19.000 per kg. Namun di Februari turun menjadi paling rendah Rp 10.000 per kg dan hanya mencapai Rp 15.000 per kg untuk harga termahal. “Harga di minggu terakhir Februari ini Rp 12.000 per kg. Penurunan harga dikarenakan kondisi pasokan dan permintaan ayam besar yang meningkat,” ungkapnya kepadaTROBOS Livestock (26/2).

 

Ia mengatakan, untuk daerah Medan, Bangka Belitung, dan Jambi harga live bird tak jauh berbeda dengan Palembang berkisar Rp 12.500 –16.000 per kg. Bahkan daerah Payakumbuh dan Padang harga terendah ada yang menginjak di angka Rp 11.000 per kg di akhir Februari.

 

Untuk harga pakan, Candra mengatakan relatif stabil dibanding bulan lalu yakni Rp 6.500 per kg. Akan tetapi harga DOC (Day Old Chick/ ayam umur sehari) cenderung turun dari sekitar Rp 4.500 per ekor di awal Februari, pada minggu kedua menjadi Rp 4.000 per ekor, hingga akhirnya di minggu terakhir Februari turun lagi menginjak level Rp 3.700 per ekor.

 

Kondisi kesehatan ayam di Februari cukup terganggu tetapi bukan dikarenakan adanya serangan penyakit, tapi gangguan akibat kualitas DOC yang diterima peternak jelek. “DOC chick in kualitasnya amburadul, banyak sekali terjadi gangguan pertumbuhan, peternak makin merugi akibat FCR (rasio konversi pakan) membengkak,” keluh Candra.

 

Di musim penghujan ini, Candra menyatakan banyak ayam yang mengalami lambat tumbuh.Banyak ayam yang seharusnya sudah memiliki bobot 1,4 kg tapi baru mencapai angka 1,1 – 1,2 kg. “Situasi udara di musim penghujan ini menyebabkan ayam-ayam yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar,” ucapnya.

 

Tak hanya Palembang, harga terpuruk juga terjadi di Bali. Yahya salah satu peternak asal Bali mengungkapkan, harga broiler di Bali terpuruk parah, mencapai level Rp 10.000 untuk berat 2 kg. Kondisi ini terjadi di beberapa lokasi sekitar Baliyang diakibatkan kelebihan produksi yang terjadi se-nusantara. Prediksi Yahyauntuk Maret dan April akan bertambah berat bagi peternak khususnya di Bali.

 

Selain itu, harga DOC untuk Bali masih mahal berkisar Rp 4.000 –5.000 per ekor. Produksi ini hanya masuk di internal perusahaan yang menerapkan pola kemitraan karena peternak mandiri tidak berani chick in dengan harga DOC segitu.

 

Hal serupa terjadi pula di Jogjakarta, Hari Wibowo salah satu peternak broiler Jogjakarta mengatakan, perkembangan harga live bird selama Januari cukup menggembirakan artinya masih di atas BEP (Break Even Point) yaitu terendah Rp 16.000 –19.000per kg. Namun memasuki Februari sesuai prediksi meskipun ada perayaan Imlek harga selalu turun di bawah BEP. “Dari Rp 16.000 per kg dipertengahan bulan atau seminggu sebelum Imlek sudah turun sebesar Rp 1.000 menjadi di kisaran Rp 15.000 per kg,” tuturnya.

 

Saat Imlek harga live bird turun lagi Rp 1.000, sehingga harga tinggal Rp 14.000 per kg dan 4 hari berikutnya turun kembali Rp 1.000. “Di akhir Februari harga menginjak level Rp 11.500 per kg, padahal harga DOC untuk ayam yang dipanen saat hargaayamsegitu di Rp 4.500 –5.000 per ekor. Jika ditambah operasional sekitar Rp 1.500, maka BEP di angka Rp 16.500 per kg,” keluhnya.

 

Hari pun menyatakan hambatan ke depan yang dihadapi bukan penyakit ND (Newcastle Diseases) / IBD (Infectious Bursal Diseases) atau Coli bacillosis tetapi kualitas DOC yang tidak mau besar. Juga persoalan kelebihan produksi DOC sehingga teori harga DOC turun BEP turun kurang berlaku karena FCR bengkak.

 

Muh. Yusuf Madeamin salah satu peternak asal Makassar Sulawesi Selatan mengatakan, penurunan harga juga terjadi di Makassar. Minggu pertama Januari harga menginjak level Rp 20.000 per kg, masuk Minggu ketiga Januari berkisar Rp 19.000 – 18.000 per kg. Penurunan terus terjadi sepanjang Februari dengan harga berkisar Rp 13.000 – 18.000 per kg.

 

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 186 / Maret 2015

 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain