Harga Broiler Anjlok, Telur Melonjak

Harga ayam pedaging (broiler) kembali melemah di akhir April 2015. Penurunan harga ini terjadi di seluruh Indonesia. Padahal, belum lama peternak broiler menikmati kenaikan harga di awal bulan setelah harga sempat anjlok di Maret lalu. Teguh Budi Wibowo, peternak broiler asal Tasikmalaya Jawa Barat membenarkan hal itu. Ia mengatakan, harga broiler sempat mengalami kenaikan di awal dan pertengahan April hingga Rp 15.500 per kg. Setelah itu, memasuki akhir April harga turun dengan harga rata-rata Rp14.000 per kg. “Sempat naik sebentar, lalu turun lagi,” ujar Teguh pada TROBOS Livestock (27/4).

 

Menurutnya, penurunan harga tersebut disebabkan oleh pasokan dan permintaanyang tidak seimbang.Permasalahan kelebihan pasokanmasih menjadi faktor dominan dalam bagi penurunan harga broiler. Sementara itu, serapan pasar untuk ayam pedaging cenderung tetap. “Saya kira ayam di kandang masih banyak, tapi permintaan di lapang tetap,” ujar alumni Fakultas Kedokteran Hewan UGM itu.

 

Hal senada juga diutarakan oleh Handiokho, peternak asal Palembang, Sumatera Selatan. Di Palembang, saat ini (27/4) harga berada di kisaran angka Rp14.000 per kg setelah sebelumnya mencapai puncak hingga Rp 17.500 per kg. Menanggapi masalah kelebihan stok, ia mengatakan, pasokan DOC (ayam umur sehari) sebenarnya sudah dikurangihingga 20 % sehingga seharusnya harga jual broiler bisa membaik.

 

Penurunan harga broiler juga terjadi di berbagai daerah lain di tanah air. Penurunan harga terbesar terjadi di wilayah Denpasar, Padang, dan Jambi yang mengalami penurunan hingga Rp 6.000 per kg. Di Denpasar Bali, harga broiler di awal bulan mencapai Rp19.800 per kg namun kini jatuh di harga Rp13.700 per kg. Di Makassar, Sulawesi Selatan, harga turun dari Rp16.000 per kg anjlok di angka Rp13.000 per kg. Sedangkan di wilayah Malang dan Blitar, Jawa Timur penurunan harga terjadi dari angka Rp 14.000 per kg menjadi Rp 13.000 per kg.

 

Untuk harga pakan, Teguh mengatakan cenderung stabil dibanding bulan lalu yang sempat mengalami sedikit kenaikan sebesar Rp200 per kg. Kenaikan tersebut menurutnya disebabkan kurs dolar yang naik pada saat itu. Akan tetapi harga DOC pada bulan ini mulai naik, dari bulan lalu yang awalnya Rp 2.500 per ekor menjadi sekitar Rp 3.500 – 4.000 per ekor. Kenaikan itu, akan terus terjadi hingga satu bulan menjelang Ramadan. “40 hari menjelang puasa dan hari raya nanti permintaan DOC pasti akan tinggi. Kalau BEP untuk produksi DOC di pabrik ada di angka Rp 3.500 per ekor, kemungkinan nanti harga DOC naik menjadi Rp 4.500–5.000 per ekor,” paparnyapeternak berusia 49 tahun itu.

 

Kasus penyakit tidak banyak terjadi di berbagai daerah. Teguh mengungkapkan, di Jawa Barat, terutama Tasikmalaya cenderung tidak terjadi kasus penyakit di kandang. Akan tetapi, para peternak broiler masih harus menanggung kerugian akibat capaian Harga Pokok Produksi (HPP) yang masih jauh diatas harga jual. Menurut Teguh, HPP untuk broiler saat ini masih mencapai Rp15.500 per kg. Untuk menghindari kerugian itu, banyak peternak yang mengurangi populasi saat chick in.

 

Tak hanya di Tasikmalaya dan Palembang, terpuruknya harga broiler juga dirasakan Djody Haryo Seno, peternak asal Bekasi. Menurut Djody, penurunan harga di Bekasi terjadi dari harga puncak sebelumnya Rp 16.000 per kg menjadi Rp 13.500 per kg. Dengan harga pakan Rp. 7.200 per kg dan harga DOC Rp 4.250 per kg, sangat sulit mencapai HPP untuk broiler ini. “HPP ada di angka Rp 16.000 – 17.000per kg,” katanya.

 

Harga Telur

 

Berbeda dengan broiler, peternak ayam petelur (layer) dapat bernapas sedikit lega karena sejak awal April harga telur cenderung naik di berbagai daerah. Kenaikan harga telur terjadi di seluruh Jawa dan Sumatera. Tjatur Widiatmoko, peternak layer asal Sleman, Jogjakarta mengatakan, harga telur mulai minggu ketiga April sudah ada di angka Rp 16.700 – 17.000 per kg. Sedangkan harga rata-rata telur di Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ) dan Jawa Tengah di awal April masih berkisar di angka Rp 14.500 per kg.

 

Akan tetapi, Tjatur menyayangkan naiknya harga telur itu dibarengi dengan memburuknya status kesehatan ayam di DIJ. Ia memaparkan, banyaknya kasus penyakit yang menyerang peternakan layer akibat musim hujan itu mengakibatkan produksi telur turun. “Kasus ND (Newcastle Disease) dan IB (Infectious Bronchitis) yang banyak menyerang ayam, jadi produksi juga rata-rata turun. Selain itu banyak apkir juga sekarang, namun permintaan telur meningkat,” papar alumni Fakultas Peternakan UGM itu.

 

Berbeda dengan DIJ, daerah Tangerang dan sekitarnya tampaknya cukup aman dari serangan penyakit. Hal itu dikatakan Soeyanto, peternak layer asal Tangerang. Menurutnya, justru harga telur di daerahnya yang mulai turun lagi. “Hari ini (27/4) harga telur Rp 17.200 – 17.500 per kg, minggu lalu masih Rp18.000 per kg, tidak tahu kalau minggu depan,” paparnya.

 

Menanggapi perkembangan harga pakan, Tjatur mengakui harga pakan sudah mulai naik sejak masuk April. Ia mengatakan, konsentrat mengalami kenaikan sebesar Rp 300 per kg sehingga harga pakan yang telah diformulasi naik Rp100 per kg. Kini, harga pakan untuk layerada dikisaran Rp.4.800 per kg. Sementara itu, harga DOC layermasih stabil pada harga Rp 3.000 – 3.500 per ekor.

 

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 188 / Mei 2015

 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain