Genetik Babi Perlu Perbaikan

Genetik Babi Perlu Perbaikan

Foto: istimewa


Impor GPS harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas genetik babi di tanah air

 

 

Babi lokal merupakan plasma nutfah yang harus dijaga, namun bicara soal babi komersial yang biasa diternakkan di Indonesia lain ceritanya. Saat ini, kondisi genetik babi lokal di Indonesia mengalami penurunan kualitas.

 

Dijelaskan, Prof. Muladno, Guru Besar Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB) kepada TROBOS Livestock. Genetik babi yang ada di Indonesia memang menurun dari tahun ke tahun. Menurutnya, hal yang berkontribusi dalam penurunan genetik babi di Indonesia adalah kurangnya pejantan babi impor dan maraknya inbreeding (perkawinan sedarah). “Agar tetap terjaga mutu genetiknya, babi ini harus selalu dikawinkan silang secara terus menerus. Tetapi tidak bisa hanya itu-itu saja,” terangnya.

 

Harris Priyadi, National Sales Manager Livestock Neovia memaparkan analisa kasarnya, di negara Vietnam rata-rata ADG (pertambahan bobot harian) babi sebesar 650 gram perekor perhari. Itu pun bukan termasuk peternakan babi dengan performa terbaik. “Kalau peternakan yang bagus di Vietnam, ADG bisa sampai 700 gram per ekor per hari. Sedangkan di Filipina ADG mencapai 650 gram per ekor per hari. Sementara di Indonesia rata – rata ADG hanya 500 gram per ekor per hari, kalau di peternak yang bagus baru bisa mencapai 600 gram,” terang dia.

 

Ia beranggapan, jika masih menggunakan bibit babi dengan genetik yang ada saat ini sulit untuk mendapatkan produktivitas yang optimal. Disebabkan biaya yang dikeluarkan peternak makin lama makin mahal. Jika biaya produksi mahal, maka akan mempengaruhi harga jual daging babi. “Tidak menutup kemungkinan nantinya, Indonesia akan impor daging babi. Karena bagaimana pun konsumen akan memilih daging babi yang murah. Itu sudah hukum alam,” imbuh Harris.

 

 

Industri Babi Indonesia

Sauland Sinaga, Ketua Umum Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI) menyampaikan dalam pemaparannya dalam seminar yang diselenggarakan di Indolivestock (17/5) lalu, konsumsi babi akan meningkat sebanyak 13,7 % pada 2020 dari konsumsi pada 2012. Ia pun meyakini akan adanya perkembangan di industri babi Indonesia 20 tahun ke depan.

 

Jika menilik harga babi dunia, lanjut Sauland, harga babi hidup Indonesia masih berada di kisaran $ 1,95 per kg yang setara dengan Rp 26.000 (asumsi $1 = Rp 13.287). Harga ini tentu tidak dapat dibilang murah, karena babi hidup di Brazil hanya di banderol $ 0,90 per kg. Sedangkan babi hidup asal Amerika seharga $ 1,16 per kg. Tercatat harga babi hidup Jepang yang tertinggi dengan harga $ 2,89 per kg. Pada 2017 sendiri tercatat harga babi industri Indonesia memiliki rata-rata harga sebesar Rp 30.875 per kg.

 

Jumlah penduduk Indonesia yang terlibat dalam peternakan babi rakyat sebanyak 1,5 juta keluarga yang setara dengan 6 juta jiwa. Di mana nilai ekonominya mencapai Rp 15 Triliun pertahun. Adapun populasi babi yang dibudidayakan peternak adalah 80 % babi lokal.

 

Memang, industri babi merupakan industri yang cukup unik di Indonesia. Setidaknya itulah yang diutarakan Harris. Pihaknya berasumsi setidaknya ada golongan sekitar 10 % yang merupakan konsumen daging babi di Indonesia. Artinya, ada sekitar 25 juta orang di mana jumlah tersebut hampir menyamai total populasi yang ada di Malaysia.

 

Namun, perlu diingat bahwa babi di Indonesia tidak boleh dipelihara disembarang tempat. Sehingga peranan teknologi untuk memajukan industri babi mutlak diperlukan. Salah satunya adalah dengan peremajaan genetik babi, agar dengan lahan yang terbatas dapat menghasilkan produksi yang optimal.

 

Kini, apa yang terjadi di sektor peternakan babi dipandangnya mirip dengan apa yang terjadi pada kondisi peternakan broiler (ayam pedaging). Di mana pola kemitraan mulai berkembang. Padahal dengan adanya pola kemitraan, peternak tidak lagi memiliki nilai tawar yang baik. “Justru peternak babi di provinsi Bali sekarang bisa dikatakan bukan peternak lagi, tetapi buruh ternak atau penggarap ternak,” ujarnya.

 

 

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 214/Juli 2017

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain