Inovasi Olahan Kerupuk Kulit Sapi

Inovasi Olahan Kerupuk Kulit Sapi

Foto: Istimewa


 
Kerupuk kulit memiliki karakteristik diantaranya rasa yang gurih, aroma atau baunya khas kulit goreng, teksturnya renyah dan penampakannya mengembang rata, bentuk kotak atau persegi panjang, serta warnanya putih kecokelatan
 
 
Produk utama peternakan, diketahui masih memiliki nilai yang tinggi di mata masyarakat Indonesia. Sebeb, olahan makanan seperti daging sapi, hanya dapat dinikmati pada momen-momen tertentu saja. Namun demikian, selain menghasilkan daging, telur dan susu, komoditas peternakan juga memiliki hasil samping yang dapat diolah sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi, seperti kerupuk kulit.
 
 
Kerupuk kulit ini umumnya berbahan baku utama dari kulit sapi ataupun kerbau. Kerupuk kulit sendiri memiliki sebutan yang beragam, yaitu kerupuk jangek atau kerupuk rambak. Dosen Sekolah Vokasi IPB (Institut Pertanian Bogor), Pria Sembada menerangkan lebih lanjut terkait salah hasil ikutan ternak ini. 
 
 
“Hasil ikutan yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, contohnya ada bedug, jaket dan sepatu kulit. Jika jaket dan sepatu kulit diolah dengan sangat baik, hasilnya akan jauh lebih mahal dari produk utamanya sendiri. Salah satu produsen jaket dan sepatu kulit yang ternama, jarang sekali menjual produknya di bawah harga Rp 1 juta,” papar dia.
 
 
Pria mengatakan, bahwa ini adalah peluang bagi yang bisa memanfaatkan hasil ikutan tersebut. Selain jaket dan sepatu kulit, ada pula wol yang biasa dimanfaatkan guna menjadi sweter. Namun berbeda dengan Indonesia yang hanya memiliki dua musim, sehingga wol belum begitu diolah dengan baik oleh peternak, padahal berpotensi menjadi produk yang premium.
 
 
Hasil samping lain yang disebutkan Pria, yaitu kulit sapi yang dapat diolah menjadi kerupuk kulit. Bagi dia pribadi, rasa kerupuk kulit sangat enak dan menjadi salah satu kudapan favoritnya. “Kerupuk kulit ini berpotensi menghasilkan nilai ekonomi yang luar biasa besar,” ungkap Pria.
 
 
Proses Sesuai BPOM
Proses pembuatan kerupuk kulit, Pria menjelaskan, sabaiknya mau sesuai dengan anjuran yang dipublikasikan oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), satu diantaranya adalah jangan asal memilih bahan bakunya. Bukan demi mencapai keuntungan yang besar, sehingga pengolah kerupuk kulit menggunakan bahan yang tidak sesuai. Sehingga, dalam proses pembuatan kerupuk kulit harus selaras dengan aturan main yang dibuat oleh BPOM.
 
 
“Pembuatan kerupuk kulit harus menggunakan kulit basah, atau kulit dari ternak yang baru dipotong. Sebaliknya, bukan dari hasil bekas industri pembuatan jaket ataupun sepatu kulit. Karena, hasilnya akan berbeda dan akan berdampak kepada kesehatan konsumen, sehingga usaha dengan dilandasi kejujuran akan lebih berkah,” ujarnya.
 
 
Umumnya, dalam proses pembuatan kerupuk kulit terdapat beberapa tahap yang cukup panjang. Pria menyebutkan, mulai dari kulit basah, kemudian dicuci dan lemaknya dihilangkan, setelah itu direndam, dilakukan pembakaran, pengerokan, perebusan, pengirisan kulit, penjemuran tahap pertama, pengirisan, kemudian dijemur kembali atau penjemuran tahap kedua, diberi bumbu dan diungkep. Selanjutnya, dilakukan penjemuran tahap ketiga dengan penggorengan hingga akhirnya menjadi kerupuk kulit. 
 
 
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Tahapan di atas, Pria mengimbuhkan, merupakan langkah-langkah umum yang biasa dilakukan oleh para pengrajin industri rumah tangga kerupuk kulit. “Tahapan tersebut telah ditetapkan juga oleh BPOM. Lebih lanjut, terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas kerupuk kulit, berdasarkan hasil riset dan juga diskusi dengan para pengrajin kerupuk kulit,” ungkap dia.
 
 
Beberapa hal tersebut patut diperhatikan secara saksama supaya kerupuk kulit memiliki kualitas yang baik, diantaranya yaitu kulitnya. Kulit yang dipilih harus yang basah, dan seperti yang telah disampaikan, bukan dari limbah pembuatan jaket ataupun sepatu kulit. 
 
 
Cara membedakannya, ialah pada kulit yang asli atau basah, pasti di produk akhirnya sedikit banyak akan ada bulu-bulu halus yang tersisa, sedangkan kulit hasil limbah pembuatan jaket atau sepatu kulit, biasanya bersih dan tidak ada bulu-bulu halus sama sekali. “Pada kulit hasil limbah jaket atau sepatu, telah diproses sedemikian rupa dengan menggunakan bahan kimia, sehingga akan berpengaruh pada kesehatan konsumen,” tutur Pria.
 
 
 
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 261/Juni 2021
 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain