Manajemen Pengendalian Penyakit Pada Babi

Manajemen Pengendalian Penyakit Pada Babi

Foto: 


Kondisi peternakan babi sampai saat ini belum kondusif mengingat ancaman serangan African Swine Fever (ASF) masih menghantui. Dengan belum ditemukannya vaksin yang baik dan aman melindungi dari virus ASF sampai saat ini, banyak pelaku usaha yang masih wait and see atau beralih ke usaha lainnya. Terlepas dari berapa banyak ternak babi yang saat ini kita pelihara, kita adalah bagian dari industri peternakan yang besar dan beragam.
 
Kita semua saat ini dituntut untuk melakukan perbaikan dan evaluasi terhadap kandang kita masing-masing agar siap menjalani proses repopulasi dengan aman. Lokasi peternakan babi di Indonesia umumnya saling berdekatan satu sama lain dalam suatu komplek, oleh karena itu, kita juga harus berperan dalam
menjaga kawanan ternak di lingkungan sekitar kita agar terhindar dari serangan penyakit.
 
Kawanan ternak yang sehat dimulai dengan kemampuan kita dalam menganalisa tantangan yang ada di kandang. Faktor penting yang idealnya dikuasai oleh peternak sebelum memulai usaha adalah pemilihan lokasi/lingkungan kandang, sumber daya manusia, fasilitas kandang, pakan, genetik, rekording, serta disease control.
 
Jika semua aspek sudah kita kuasai, maka sebenarnya ternak kita relatif lebih aman dari serangan penyakit. Saat ini kita akan fokus pada manajemen pengendalian penyakit, dimana elemen pentingnya adalah biosekuriti, medikasi, dan vaksinasi.
 
Elemen penting dalam manajement pengendalian penyakit
Manajemen pemeliharaan yang baik menjadi salah satu kunci kesuksesan kita dalam beternak. Misalkan kita akan memulai beternak babi, maka selain lokasi dan fasilitas kandang yang nyaman dan memadai sangat penting untuk menentukan arah beternak kita dahulu, apakah akan fokus di breeding atau penggemukan saja. Hal ini tentunya terkait erat dengan pemilihan bibit yang akan kita pelihara. Pada prinsipnya, jika kita belum mampu untuk memproduksi sendiri bibit yang baik, maka kita harus membeli dari peternak yang terpercaya dan mempunyai reputasi baik.
 
Idealnya, jika kita membeli calon induk babi dari luar harus dilakukan proses aklimatisasi. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan calon induk terhadap tantangan yang sudah ada di kandang kita dimana mungkin kondisinya berbeda dengan kondisi asalnya. Di fase ini, calon induk akan “dikenalkan” dengan patogen yang sudah bersirkulasi dikandang kita, baik itu dengan metode vaksinasi ataupun paparan langsung sebelum akhirnya siap untuk dikawinkan.
 
Dibawah ini adalah contoh program vaksinasi yang dilakukan di kandang breeding untuk persiapkan calon induk sebelum dikawinkan. Penyusunan program tergantung pada tantangan patogen apa yang bersirkulasi di kandang. 
 
Pada peternakan skala industri, penerapan sistem pemeliharan all in all out menjadi hal yang penting dalam proses pengendalian penyakit ini. Biasanya, penggunaan preparat hormon pada calon induk menjadi opsi intervensi yang dilakukan para peternak agar menciptakan pig flow yang baik. Dengan penerapan pig flow yang baik, maka peternak akan lebih mudah dalam mengatur program pemeliharaan, baik itu waktu kawin calon induk, kelahiran, potong
taring dan ekor, medikasi serta vaksinasi pada anak babi yang dilahirkan karena variasi umur yang dihasilkan tidak terlalu lebar.
 
Manajemen pakan dan biosekuriti
Manajemen pakan juga menjadi hal yang krusial karena menyangkut kecukupan nutrisi yang nantinya berkaitan dengan performa kandang. Ketika kita memelihara ternak secara intensif, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan guna menunjang performa peternakan kita. Anak kandang dan sumber daya manusia yang lain juga menjadi faktor penentu keberhasilan beternak. Jika kita memiliki anak kandang
dan tenaga profesional yang mumpuni, maka hal ini bisa menjadi faktor penentu dalam keberhasilan kita dalam beternak.
 
Biosekuriti adalah tindakan yang diambil untuk meminimalkan risiko masuknya penyakit / penularan penyakit ke dalam populasi ternak sehingga setiap kebijakan dan tindakan yang diambil harus mampu untuk melindungi ternak. Biosekuriti umumnya akan melibatkan proses pengendalian lalu lintas orang, kendaraan, sumber pakan, peralatan atau hewan liar (lalat, tikus, anjing, burung dll) yang beresiko menyebarkan penyakit ke kandang babi. Penerapan biosekuriti 3 zona pada lokasi peternakan sudah umum diterapkan dalam upaya pelaksanaan program biosekuriti ini. Biosekuriti saat ini menjadi hal yang paling utama dalam pengendalian ASF, mengingat sampai saat ini vaksin masih dalam proses penelitian dan antibiotik tidak dapat membantu.
 
Pada peternakan modern, keberadaan fasilitas tempat mandi, pakaian dan sepatu boot khusus di area peternakan sangat penting. Orang yang akan masuk ke area bersih di lokasi kandang harus melewati beberapa screening untuk memastikan tidak ada patogen yang terbawa masuk. Hal ini adalah upaya kita untuk meminimalkan resiko penularan penyakit pada ternak. Pekerja / tamu diharuskan untuk mandi, ganti pakaian dan sepatu boot khusus untuk aktifitas di dalam kandang.
 
Program medikasi dan vaksinasi yang sesuai
Medikasi adalah program pemberian suplemen atau pengobatan terhadap kondisi yang terjadi pada peternakan. Penyakit padapeternakan babi yang bisa kita temui meliputi gangguan sistemik, pencernaan, pernafasan, reproduksi. Kondisi subklinis atau tanpa gejala terkadang menyulitkan para peternak dalam mengambil tindakan pencegahan ataupun pengobatan.
 
Pada awal kehidupan, kasus diare dan anemia harus menjadi perhatian karena akan mempengaruhi pertumbuhan. Diare ini bisa disebabkan oleh bakteri, virus ataupun koksidia sehingga kita harus melakukan pemeriksaan dan diagnosa yang benar sebelum melakukan intervensi. Pada umumnya, para peternak akan melakukan tindakan pencegahan terhadap kasus koksidiosis dengan melakukan program antikoksi dengan preparat toltrazuril.
 
Untuk kasus anemia, pemberian zat besi akan membantu dalam mengurangi resiko kasus ini sedangkan jika ada indikasi bakteri maka pemilihan antibiotik yang sensitif bisa dilakukan. Manajemen kolostrum sangat penting. Anak babi yang baru dilahirkan harus sesegera mungkin mendapatkan asupan kolostrum
dari air susu induk pada 2 hari pertama kehidupan. Kekebalan dari induk ini berguna untuk menjaga anak babi dari serangan penyakit.
 
Maternal antibodi yang didapatkan dari kolostrum ini hanya bertahan sekitar 1-2 bulan saja, tergantung dengan status kesehatan dari kandang breeding kita. Oleh karena itu, penerapan program vaksinasi lanjutan pada anak babi ini menjadi sangat penting untuk memberikan proteksi sampai umur panen 5-6 bulan.
 
Program vaksinasi adalah upaya selanjutnya dalam pengendalian penyakit yang bisa kita lakukan. Dalam menentukan vaksin apa saja yang digunakan di kandang, idealnya kita harus melakukan surveillance/ uji laboratorium terhadap patogen apa saja yang bersirkulasi di kandang. Setelah kita mengetahui tantangan penyakit apa saja yang ada di lingkungan kandang, maka tahapan selanjutnya menyusun program medikasi dan vaksinasi yang sesuai dan tepat sasaran. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter hewan yang anda percayai.
 
Di Indonesia saat ini, penyakit pada peternakan babi yang sudah ditemukan di lapangan dan tersedia vaksinnya antara lain adalah Porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS), Porcine circovirus type 2 (PCV2), Classical swine fever / Hog cholera, Mycoplasma hyopneumoniae dan juga Haemophilus parasuis (Glaesserella parasuis). Di luar negeri, vaksin aujezky’s disesase, foot and mouth disease (FMD) dan Actinobacillus pleuropneumoniae (APP) juga diberikan mengingat tantangan sudah ada dilapangan.
 
Dibawah ini adalah contoh program medikasi dan vaksinasi pada anak babi yang dilakukan di suatu kandang, dimana lokasi sudah terkonfirmasi ada hampir semua patogen diatas. Maka, peternak ini memutuskan untuk menyusun program medikasi dan vaksinasi yang sesuai untuk meminimalkan resiko serangan
penyakit. Hog cholera terkadang diperlukan pengulangan untuk daerah yang tantangannya tinggi. 
 
Jadi, tantangan dalam beternak babi saat ini relatif sulit. Selain ASF, kita juga harus memperhatikan patogen penyakit lainnya. Kita sebagai peternak dituntut untuk bisa menguasai berbagai aspek agar bisa berhasil. Terkait dengan manajemen pengendalian penyakit, penentuan program baik itu biosekuriti, medikasi dan vaksinasi idealnya harus dimaksimalkan agar resiko kerugian akibat penyakit bisa ditekan.
 
PT Ceva Animal Health Indonesia saat ini juga memperkenalkan konsep DUO, dimana vaksin CIRCOVAC® dan HYOGEN® bisa diaplikasikan secara bersama dan mampu memberikan proteksi terhadap tantangan Porcine Circovirus type 2 (PCV2) dan Mycoplasma hyopneumoniae sampai umur panen. Selain itu, FORCERIS® juga menjadi inovasi terbaru dimana peternak sekarang dimudahkan dengan produk yang mengandung toltrazuril dan gleptoferron dalam satu kemasan sehingga kontrol kasus koksidiosis dan anemia bisa dilakukan dalam 1x aplikasi. Dan untuk pig flow manajemen, kita juga ada ALTRESYN® yang akan membantu peternak dalam pengendalian penyakit karena penerapan all-in all-out. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan bisa mengunjungi www.ceva.co.id
atau menghubungi team kami di lapangan. lTROBOS/Adv

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain