Kolaborasi SKM, CEVA & ISA Hadirkan Solusi Layer Terkini

Kolaborasi SKM, CEVA & ISA Hadirkan Solusi Layer Terkini

Foto: 


Bisnis layer (petelur) di Indonesia kian berkembang dari waktu ke waktu. Adapun dalam rangka menghadirkan solusi terkini di layer serta upaya memaksimalkan potensi genetiknya, PT Sapta Karya Megah (SKM) produsen DOC (ayam umur sehari) asal Jombang, Jawa Timur menggandeng PT Ceva Animal Health (Ceva), dan PT ISA Indonesia (ISA) untuk menyapa peternak Jawa Barat melalui seminar bertajuk Explore The Future 2.0 pada Rabu (6/3) lalu di Cianjur, Jawa Barat. 
 
“Satu hal yang harus disadari, bahwa perubahan di subsektor peternakan kita sangat cepat. Oleh sebab itu, kami terus melakukan inovasi dan berkolaborasi di antaranya seperti yang dilakukan Ceva, SKM, dan ISA yang berkolaborasi untuk memberikan solusi bagi peternak layer di Indonesia,” ungkap Sales Manager Ceva Animal Health Indonesia, Wintolo. 
 
Hal senada juga disampaikan Director PT Sapta Karya Megah, Thomas Ribut Subagyo tentang keinginannya untuk memberikan yang terbaik bagi peternak layer yang ada di seluruh Indonesia melalui DOC  berkualitas yang dihasilkan SKM. “Meskipun kami baru 10 tahun, tapi untuk DOC yang dihasilkan sudah terbukti kualitasnya dengan standar yang baik dengan biosekuriti yang bertingkat. SKM pun selalu siap dan terbuka menerima masukan dari peternak untuk terus meningkatkan kualitas DOC yang dihasilkan,” ungkapnya saat menyampaikan sambutan. 
 
DOC Tanpa Bundling Pakan
Salah satu faktor keberhasilan dalam budidaya ayam, baik broiler (ayam petelur) mapun layer yakni kualitas DOC yang menunjang. Thomas mengisahkan awal produksi DOC yang dilakukan SKM di 2012 ketika kelangkaan DOC terjadi kala itu. Beberapa peternak dari Grup 7 bersama sama bergandengan tangan mendirikan PT SKM. Maka dari itu, SKM ini berasal dari peternak dan untuk peternak, sehingga SKM paham betul DOC seperti apa yang dibutuhkan peternak.
 
“Saat awal produksi, kami memelihara induk ayam dengan standar kualitas yang baik dan menerapkan double biosekuriti. Kami juga telah menggunakan alat potong paruh yang menggunakan teknologi sinar laser (IRBT). Alat ini pada saat ini hanya digunakan oleh 3 perusahaan di Indonesia, dan yang dipakai SKM saat adalah IRBT generasi terbaru. Kemudian ada 4 keunggulan yang ditawarkan SKM bagi peternak yang menggunakan DOC yang diproduksi dari SKM,” sebut Thomas. 
 
Keunggulan tersebut di antaranya, pertama DOC SKM ini tidak perlu kawin atau bundling pakan. Jika peternak selama ini mengambil DOC di tempat lain, kebanyakan harus bundling pakan. Sedangkan apabila peternak mengambil DOC dari SKM, maka tidak ada ikatan untuk bundling pakan, sehingga bisa bebas berinovasi untuk self mixing. Kedua, dari DOC yang dihasilkan SKM yakni single strain.
 
Thomas mengaku, bahwa SKM merupakan salah satu breeding yang menerapkan satu strain saja. “Kami hanya fokus dengan satu strain dari ISA Brown saja, karena ada pengalaman pelanggan kami yang pernah menerima DOC dengan campuran strain lain. Kami menepis kekahwatiran tersebut, sehingga hasilnya akan lebih seragam dan optimal dengan perlakuan yang sama,” ujar Thomas.
 
Lebih lanjut, keunggulan ketiga dari penggunaan DOC SKM yakni telah menggunakan mesin potong paruh dengan teknologi infrared. Di mana SKM menggunakan alat potong paruh dengan teknologi laser yang tidak akan membuat ayam stres, dan memperhatikan prinsip kesejahteraan hewan (kesrawan). Maka dari itu stres pada ayam saat pemeliharaan bisa dihilangkan karena dengan teknologi ini paruh ayam akan jatuh otomatis saat pemeliharaan di kandang 30 hari. 
 
Tidak hanya itu, keunggulan keempat SKM di antaranya bekerja sama dengan Ceva untuk memberikan vaksinasi full range di hatchery. “Aplikasi vaksin di hatchery ini adalah yang terbaik, karena di hatchery biosekuritinya bisa dikendalikan. Alhasil semua lebih terukur, sehingga saat ayam baru datang tidak perlu harus  divaksinasi, dan dapat mengurangi tingkat stresnya,” ungkap Thomas Ikut angkat bicara, Layer Consultant
 
PT Sapta Karya Megah, Surya Suryanta menyampaikan bahwasanya untuk memastikan usaha budidaya yang profit maka menggunakan DOC dari SKM. Sebab menurutnya, DOC yang SKM hasilkan standar bobotnya sudah di atas SNI (Standar Nasional Indonesia). “Kalau SNI minimal 33 gram (g), kita kirim bobot yang 36 g, sehingga misalnya perjalanan jauh pun taruh susut 1 g sampai farm paling 35 g. Pun SKM tidak menetaskan telur yang ukurannya kecil dan memilih untuk dibuang agar dari sisi uniformnity (keseragaman) juga baik,” imbuh Surya.
 
Less is More
Tidak hanya DOC saja yang memberikan peranan penting dalam budidaya, namun vaksin juga. Seperti diungkapkan oleh Deputy Veterinary Service Manager Ceva Animal Health Asia Pacific, Jessica Lee bahwa tantangan program vaksin di Indonesia masih sangat padat. Dari DOC sampai pullet (ayam dara siap produksi) 17 minggu, terdapat 38 kali perlakuan vaksin di luar hatchery, sebab itu Ceva terus berupaya mengurangi jumlah pemberian vaksin. 
 
“Dari latar belakang tersebut, Ceva akhirnya mengkampanyekan less is more di mana kita harus berpikir sebagai produsen vaksin untuk mengurangi jumlah pemberian vaksin yang terlalu padat dan dapat membuat ayam menjadi stres. Jika terlalu banyak vaksin ayam, maka akan lebih mudah sakit dan ringkih karena terlalu sering dipegangi. Jika stres ayam berkurang, maka pencapaian bobotnya juga akan lebih baik dan profit juga akan meningkat,” terang Jessica. 
 
Ia menginformasikan, saat ini Ceva telah mampu menyederhanakan dari 38 kali perlakuan menjadi 27 kali dengan berbagai teknologi vaksin yang ada. Ceva menggabungkan beberapa vaksin yang ada, termasuk juga vaksin di hatchery sudah diberikan program full ring, sehingga ayam tidak perlu lagi divaksin saat tiba di farm hingga umur 12 hari. 
 
Menurut Jessica, dengan penggabungan kombinasi vaksin misalnya kombinasi vaksin Cevac® Corymune 7 K yang merupakan kombinasi antara vaksin Coryza, Salmonella, Newcastle Disease, Infectious Bronchitis dan Egg Drop Syndrome. “Coryza dan Salmonella sudah sepaket, di satu vaksin itu akan semakin meningkatkan keuntungan. Dari kalkulasi ekonomi dengan adanya program less is more ini dapat menambah keuntungan sekitar Rp 16 juta per 1.000 ekor ayam,” terang dia. 
 
Jessica pun melaporkan, data keberhasilan dari penggunaan vaksin Vectormune® ND yang dikeluarkan Ceva pada 2019 lalu dan kini sudah hampir digunakan di seluruh hatchery, dan berdampak pada turunnya jumlah kasus ND di Indonesia. Ia mengecek dari 2021 hingga saat ini, yang mana jumlah kasus ND di farm semakin menurun dan tidak lagi menjadi penyakit teratas usai vaksin Vectormune® ND masif digunakan. 
 
Kualitas Genetik
Tidak hanya menekankan pada program vaksinasinya saja, tetapi juga program untuk mendapatkan ayam dengan kualitas genetik yang baik. Director PT ISA Indonesia, Henry Hendrix menjelaskan bahwa sebagai perusahaan yang menghasilkan indukan ayam, Hendrix Genetics selalu berusaha meningkatkan kualitas genetik ayam dari waktu ke waktu. DOC ayam yang sampai di tingkat peternak, itu sudah yang terbaik dari hasil seleksi genetik yang dilakukan dengan berbagai jenis pemeriksaan, mulai dari kemampuan produksi telurnya hingga kualitas telur yang dihasilkan.
 
“Jika beberpa tahun yang lalu untuk persistensi produksi layer hanya sampai 80 minggu dan menghasilkan 350 butir, saat ini persistensinya bisa sampai 100 minggu dengan produksi telur mencapai 500 butir. Bahkan untuk nenek moyang dari ayam yang kita pelihara, dalam kondisi optimum bisa menghasilkan 567 butir telur jika dipelihara hingga 100 minggu dan produksinya bisa sampai 97 %,” papar Henry. 
 
Ia juga menyampaikan jika Hendrix Genetics memiliki klub 500, yakni bagi peternak yang bisa mencapai performa optimum produksi telur sampai 500 butir per siklus atau yang mendekati, akan memperoleh reward. “Kami berusaha untuk mencari tahu apa saja yang bisa membantu peternak untuk dapat menghasilkan produksi optimum dari kualitas genetik ayam yang kami miliki, dan kita siap untuk membantu mendampingi guna mengatasi masalah manajemen di farm dan memberikan alternatif solusi memaksimalkan produksi,” pungkas Henry.TROBOS/Adv

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain