Pelatihan Tenaga Kesehatan dalam Pengendalian dan Penanggulangan Wabah Penyakit

Pelatihan Tenaga Kesehatan dalam Pengendalian dan Penanggulangan Wabah Penyakit

Foto: 


Bandung (TROBOSLIVESTOCK.COM). Program pengendalian penyakit sapi harus dikelola dengan baik pada aspek manajemen kesehatannya dan tatakelola dokter hewan yang memberikan pelayanan jasa medik veteriner. Masyarakat pun menjadi bagian yang berperan penting dalam pencegahan penyakit ternak.

 

Perguruan Tinggi berkontribusi dalam menyumbangkan peran sebagai institusi pendidikan yang memberikan bekal ilmu dan keterampilan pada mahasiswanya. Penyakit yang banyak menyerang sapi di Jawa Barat, diantaranya adalah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Brucellosis, Septicaemia Epizootica (SE), Anthrak, Helminthiasis, Colibacillosis, dan Mastitis. Kejadian penyakit-penyakit tersebut menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan kewaspadaan bagi petugas kesehatan hewan yang paling dekat berinteraksi dengan hewan rentan sehingga penyakit dapat dicegah.

 

Oleh karena itu, Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI) dan Indonesia - Australia Red Meat and Cattle Partnership mengadakan Pelatihan Tenaga Kesehatan Hewan Garis Depan di Provinsi Jawa Barat dalam Pengendalian dan Penanggulangan Wabah Penyakit Ternak Pada Sektor Peternakan Sapi Indonesia.

 

Kegiatan pelatihan ini dihadiri oleh 30 orang petugas kesehatan hewan. Terutama dokter hewan di dinas (Provinsi dan Kabupataten/Kota) dan swasta di wilayah kerja Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pelatihan tenaga kesehatan dilaksanakan pada Selasa – Jum’at (9-12/1) yang bertempat di The Cipaku Garden Hotel, Kota Bandung, Jawa Barat.

 

Dalam sambutannya, Ketua Panitia Pelatihan Tenaga Kesehatan Garis Depan, Pranyata T. Waskita mengungkapkan bahwasanya kegiatan pelatihan kesehatan hewan ini merupakan batch ke- 3. Yang mana, batch pertama dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Hewan Institute Pertanian Bogor (IPB-University) di wilayah Jawa Barat. Sedangkan, batch kedua di laksanakan di Provinsi Banten. Terakhir, batch ketiga dilaksanakan di wilayah Timur, Jawa Barat.

 

“Kegiatan pelatihan ini adalah suatu program kerja sama, dari Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI) dengan Indonesia Australia Red Meat and Cattle Partnership (IARMCP). Sebagai wujud dalam pembinaan kepada tenaga kerja kesehatan hewan garis depan perihal investigasi penyakit pada ternak besar. Pada Selasa (9/1) merupakan hari lahir Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia yang ke-71,”ujar Pranyata.

 

Pada kesempatan yang sama, Wakil Dekan Bidang Pembelajaran Kemahasiswaan dan Riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad), Ruswana Anwar mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan sebagai bentuk nyata program Fakultas dan Prodi, untuk ikut mengembangkan ilmu kedokteran hewan. Terutama dalam mendeteksi tatakelola dan mecegah kesehatan ternak sapi. Dan juga memberikan pemahaman dan definisi tahapan penyidikan penyakit serta wabah di Provinsi Jawa Barat.

 

“Kami sebagai program studi Kedokteran Hewan, ingin terus mengembangkan peran serta pendalaman ilmu. Juga praktek untuk mahasiswa kami, dalam bagaimana melakukan deteksi pencegahan dan pelaporan untuk hewan ternak. Termasuk PMK, yang beberapa bulan lalu meningkat di kita. Kami juga dengan senang hati berkolaborasi dengan IARMCP untuk menjaga kebutuhan hewan ternak atau daging termasuk sapi perah. Serta menjaga mutu ketersediaan ternak yang ada di Bandung dan Jawa Barat. Dan meningkatkan kompetensi dari anggota Dinas Ketahanan Pangan, peternakan, dan Dinas Pertanian untuk menginvestigasi penyakit pada ternak sapi,”ungkap Ruswana.

 

Sementara itu, Program Manager Indonesia Australia Red Meat & Cattle Parthnership (IARMCP), Petrus Widyantoro menjelaskan IARMCP merupakan program kerja sama bilateral antara Indonesia dan Australia. Untuk mendukung sektor peternakan sapi di Indonesia. Melalui program-program peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM), riset, dan investasi. IARMCP juga memiliki kegiatan yang bersinggungan dengan Fakultas Peternakan (Fapet) seperti kegiatan pengiriman mahasiswa magang ke Australia. Setiap tahun mengirimkan 20 orang ke Australia, agar mengenal produksi ternak di Australia.

 

“Program kami sudah berjalan kurang lebih 10 tahun, di mulai dari 2013 dan akan berakhir pada tahun ini (2024). Sebenarnya ini merupakan injury time buat kami, karena sudah di akhir program. Setelah 10 tahun bekerja di Indonesia dengan Swasta, Universitas, dan Kementrian Pertanian (Kementan). Khusus untuk Kementan, beberapa waktu yang lalu kami bekerja sama dengan beberapa Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) termasuk Lembang. Dalam pengembangan standar minimum produksi semen beku di Indonesia,”beber Petrus.

 

Adapun Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan berhalangan hadir dan diwakilkan oleh Nani Hendrayani menuturkan dalam Kementan No 121/KPTS/PK.320/M/03/2023 tentang penetapan jenis penyakit hewan menular strategis. Dengan 18 penyakit menular strategis yang beberapa diantaranya menjadi prioritas di Provinsi Jawa Barat. Seperti penyakit rabies, Anthraks, Avian Ifluenza (AI), Brucellosis, Lumpy Skin Disease (LSD) serta PMK. Penyebaran penyakit tersebut berdampak besar pada kerugian ekonomi yang signifikan. Karena dapat mengancam ketahanan pangan dan menimbulkan resiko kesehatan bagi manusia.

 

“Pada 2023 di Jawa Barat ditemukan beberapa kasus penyakit seperti 9.614 kasus LSD, 2.947 kasus PMK, 10 kasus AI, 7 kasus Brucellosis, dan tidak ditemukan kasus baru anthraks. Penyebaran Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) baru seperti PMK dan LSD di Jawa Barat. Menjadikan tahun 2023 memiliki dampak besar di perekenomian dan ketahanan pangan Nasional. Pasalnya, peran tenaga kesehatan hewan di Jawa Barat sebagai garis terdepan dalam menjaga kesehatan hewan. Pada 2023 telah  berhasil menurunkan kasus PMK dan LSD. Hingga pada 2024 terdapat 0 kasus aktif PMK dan 2.756 kasus aktif LSD,”cetus prempuan yang akrab disapa Nani.

 

Sambutan  terakhir, Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI), Prof. Teguh Budipitojo menyampaikan bahwa AFKHI adalah kumpulan Fakultas maupun sekolah Kedokteran Hewan. Dengan beranggotakan 12 orang. Untuk menghadapi berbagai macam penyakit pada ternak besar. Maka, Fakultas Kedokteran Hewan yang berhimpun AFKHI berkeinginan untuk berkontribusi membantu negara Indonesia. Supaya lebih siap, blamana sewaktu-waktu menghadapi wabah yang sama untuk masa depan maupun wabah pada saat ini.

 

Pelatihan yang dilaksanakan di Jawa Barat ini merupakan batch ke-3. Secara Nasional ini adalah pelatihan batch ke-12. Dari 23 batch yang kita rencanakan dan dilaksanakan sampai dengan Maret 2024. Setiap batch itu hanya diikuti 30 peserta. “Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya. Terutama kepada IARMCP, yang sudah memfasilitasi pendanaan untuk kegiatan kita ini. Dan terimakasih juga kepada fasilitator dan meminta tolong kepada beliau-beliau. Untuk memberikan pelatihan ini di seluruh Indonesia. Yang terutama kepada para peserta pelatihan atas ketersediaannya perihal menyediakan waktu untuk mengikuti kegiatan ini secara penuh,”ungkap Prof Teguh seraya membuka acara pada hari itu.roid

 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain