Mimbar TROBOS #4 : Meniti Jalan Korporatisasi Koperasi Perunggasan Layer

Mimbar TROBOS #4 : Meniti Jalan Korporatisasi Koperasi Perunggasan Layer

Foto: ist/dok.ZOOM-MimbarTROBOSLivestock#4


Jakarta (TROBOSLIVESTOCK.COM). Koperasi peternak layer bertumbuh di sentra-sentra produksi, semua bekerja keras mengejar mimpi besar korporatisasi. Mereka pun saling mengimbas, saling menginspirasi dan melangkah untuk menjalin kerjasama lintas sektoral, dengan korporasi, lintas kementerian dan BUMN / BUMD.

 

Logika-logika korporasi mulai disuntikkan ke dalam manajemen usaha, analisis pasar, dan eksplorasi preferensi dan motif konsumen yang kemudian dituangkan ke dalam konsep produksi, branding dan marketing. Sehingga koperasi peternak unggas harus memenuhi permintaan konsumen, bukan lagi konsumen harus mengerti produk yang disodorkan produsen.

 

Hal itu dipaparkan Arief Prasetyo Adi, Direktur PT Food Station Tjipinang Jaya (FSTJ), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) bidang pangan milik Pemda DKI Jakarta sebagai salah satu pembicara pada Webinar Mimbar TROBOS Seri 4 “Memangkas Mata Rantai Tata Niaga Telur” yang digelar pada Rabu (26/8) melalui aplikasi Zoom.

 

“Kita menggandeng koperasi produsen, bukan hanya bicara soal pasokan. Kita juga menanamkan pandangan baru bahwa telur bukan lagi sebagai produk komoditas. Namun juga memberikan spesifikasi berat telur harus seragam 60 - 70 gram, warna coklat bersih, produk baru dari kandang, tak boleh ada noda feses, dan cangkang kuat,” ujar dia.

 

Dia menuturkan FSTJ sejak April 2018 menggandeng koperasi “Peternak Unggas Sejahtera (Putera)” Blitar untuk memasok telur ayam ras. Telur dari Blitar ini dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pemegang Kartu Jakarta Pintar. Selain itu juga dipasok ke berbagai pasar modern sebagai telur premium, dengan grade A dan A plus.

 

Sepanjang pelaksanaan kerjasama itu Arief juga menyampaikan kepada Koperasi Putera Blitar bahwa telur dapat dimodifikasi isinya dengan men-develop pakannya, sehingga isinya mengandung omega-3  dll. Seperti pada produk modified rice yang bernilai tinggi. Pelabelan dan pengepakan akan bisa menaikkan nilai, untuk pasar modern dan pasar khusus.

 

“Metode marketing modern kita terapkan pada telur ini, kita harus bisa menyesuaikan dengan permintaan pasar, sehingga pasar bisa menyerap dari kita. Seperti tailor made. Sesuai permintaan, kita buat packaging isi 10 butir, ada yang 6 butir, bungkus dari mika, label bagus, dll,” ungkap CeO BUMD Terbaik Nasional tahun 2020 ini..

 

Bermitra Memangkas Rantai Niaga

Berbicara pada forum Mimbar Trobos #4, Sukarman menjelaskan kehadiran koperasi Putera Blitar sejak awal diniatkan untuk memperkuat posisi peternak unggas petelur dalam pembentukan harga. Peternak Blitar rata-rata peternak kecil dg populasi 1.000 - 7.000 ekor. Mereka mencampur sendiri, pakannya berupa jagung, katul, konsentrat, bungkil kedelai,MBM, dll, dengan porsi jagung 50%.

 

Di tengah tekanan harga jagung dan harga pasar telur yang tak menentu 3 tahul lali, Sukarman diundang bank Indonesia (BI) Surabaya dipertemukan dengan direktur FSTJ. Mulai 31 April 2018 kami suplai telur ke FSTJ, hingga 230 ton perbulan. Setelah hubungan bisnis ini berjalan, kami diundang pada MoU Pemprov DKI dengan Bupati Blitar untuk memperkuat kerjasama,” tuturnya.

 

Sukarman pun merasa semakin percaya diri dengan berkoperasi, karena pada awal berdiri dalam kondisi bisnis yang sedang memburuk, ternyata banyak pihak yang bersedia membantu, diantaranya Inkopas, BUMN Berdikari, FSTJ, dan beberapa pemerintah daerah. Dikisahkannya, BI mencarikan pasokan jagung sampai ke Majene, dan menghubungkan Koperasi Putera Blitar dengan lembaga-lembaga yang mau membantu memasarkan telur. Kementerian Koperasi dan UKM menyambungkan koperasi Putera Blitar dengan PT Berdikari.

 

Kementerian Perekonomian dan KAI memberikan bantuan agar pengiriman telur ke PT FSTJ tidak memakai truk namun dengan kereta api. Sayangnya, baru 3 kali pengiriman dengan kereta api ini, datang pandemi Covid-19 sehingga pasokan sementara berhenti.

 

Putusnya pengiriman itu pun terobati karena datang permintaan setiap bulannya sebanyak 61 ton untuk mengisi paket bansos Pemkab Blitar, 30 ton untuk BPNT dan 26 ton dari lumbung pangan provinsi Jatim.  

 

“Kami bercita-cita untuk mengelola 30% telur di Blitar, agar harga telur di daerah stabil. Sekarang harga telur selisih 1 jam bisa naik turun sampai Rp 1.500. Untuk menyerap 30% telur Blitar itu kami terkendala modal. Maka kami mengharapkan pinjaman dari Kemenkop UKM melalui program LPDB (Lembaga Pengelola Dana Bergulir). Dengan itu kami bisa membeli telur 300 - 400 ton dan memasok jagung untuk peternak,” dia berharap.

 

Anggota koperasi Putera Blitar telah mencapai 426 orang dengan populasi 4 juta ekor. Produksi telur 200 ton/hari dan kebutuhan jagung 300 ton/hari. Jumlah peternak layer di kabupaten Blitar ada 4.420 - 5.000 peternak dengan populasi layer 24 juta ekor, produksi telur 900 ton - 1.100 ton perhari. Mereka memasok 30% kebutuhan telur nasional. Kebutuhan jagung 1.000 ton - 1.200 ton/hari dan dedak padi 500 ton/hari.

 

Mirip dengan kiprah Koperasi Putera Blitar, Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera - Kendal, Jawa Tengah menyatakan, mata rantai niaga telur dan jagung minimal ada 5 - 6 titik distribusi. Sehingga disparitas harga itu selisihnya lumayan besar. Koperasi Putera Kendal juga selangkah demi selangkah melakukan langkah efektif memutus matarantai tersebut.

 

Koperasi menjalin kerjasama dengan petani jagung. Koperasi hanya mengeluarkan delivery order kepada petani, dan mereka mengirimkan kepada peternak yang memesan jagung kepada koperasi. Jika hari ini harga di petani Rp 3.500 maka peternak cukup membayar Rp 3.600, selisih Rp 100 untuk koperasi.

 

“Petani punya jagung, peternak butuh jagung Maka koperasi kami bermitra dengan gabungan kelompok tani (gapoktan), Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) dan petani. Kami juga telah menyerap 40 ribu ton jagung Bulog selama 2018 - 2019. Begitu pula Bulog menyerap 220 ton telur koperasi saat harga telur jatuh,” ungkap Suwardi yang juga seorang Kepala Desa ini.

 

Atas permintaan dari pemprov Jateng, koperasi memasok telur 190 ton seharga Rp 22.000, dan dikirim ke e-warung dan warung-warung yang ditunjuk sampai ke pelosok gunung. Padahal harga pasaran saat itu Rp 23 ribu perkilogram. Selain bermitra dengan e-warung, koperasi juga memasok telur untuk jaringan toko SRC, dapur Gojek, dan 10 agen telur di Jateng dan Jabodetabek.

 

Menakar Kekuatan

Koperasi mempersatukan kekuatan, karena tercerai-berai dan sendiri-sendiri itu justru menyusahkan peternak unggas layer sendiri. “Melalui koperasi, anggota mendapatkan kepastian harga, pembayaran, pengambilan, dan memutus mata rantai distribusi. Peternak melalui koperasi juga memiliki posisi tawar dalam pembentukan harga telur,” ungkap Suwardi yang juga ketua Pinsar Petelur Nasional wilayah Kendal ini.

 

Sebelum ada koperasi, peternak menjual telur melalui broker dengan harga yang nyaris selalu ditekan. Telur sudah dibawa, tetapi belum dibayar, sehingga sering terjadi, broker telah membawa dua atau tiga nota lalu kabur sehingga tidak terbayar atau susah ditagih. Penjualan melalui koperasi, ada kepastianharga yang berlaku pada hari itu dan ada kepastian kapan dibayar. Anggota koperasi juga bisa membeli pakan dan DOC di koperasi.

 

Dia menyatakan, harga telur di Kendal tidak seperti di daerah lain yang berubah setiap saat karena permainan broker. Peternak layer Kendal melalui koperasi hanya memasang satu harga dalam satu hari. Mulai jam 10 pagi sampai jam 12 malam, harga sama.

 

Selain soal harga jual telur, koperasi Putera Kendal juga berhasil mendapatkan akses harga DOC dari breeder integrator nasional dengan harga sesuai Permendag sebesar Rp 10 ribu saat harga DOC tinggi, dengan dibantu mediasi oleh Pemprov Jawa Tengah. “Semua ini karena berkoperasi,” tandas dia.

 

Koperasi bekerjasama dengan PT Rumpun Sari Antan melalui Koperasi Haraka selaku penyedia jagung pipil. Bertindak sebagai penyedia layanan ekspedisi, koperasi bekerjasama dengan PT Sido Agung dan PT Cemerlang Unggas Lestari. Sebanyak 15 armada milik koperasi dioperasikan sebagai armada layanan ekspedisi pakan, DOC dan telur.

 

Koperasi Peternak Unggas Sejahtera - Kendal berdiri pada 25 Oktober 2018 dengan anggota tetap dan tidak tetap sebanyak 460 orang, produksi telur 425 ton/hari. Anggota tetap koperasi sebanyak 125 orang, produksi telur 30 ton - 35 ton/hari. Sedangkan jumlah peternak layer di Kendal ada 776 orang , berproduksi 320 ton perhari dan kebutuhan jagung 402 ton perhari.

 

“Anggota tetap ini hidup mati usahanya ikut koperasi karena semua sarana produksi diantaranya pakan DOC, pullet dan telur telah dikelola pengadaan dan penjualannya melalui koperasi. Semua anggota kita adalah peternak mandiri, karena adanya KUR kami bisa mengakses permodalan. Adapun iuran pokok anggota hanya Rp 500 ribu dan iuran wajib Rp 50 ribu/anggota, kami buat murah untuk membuka peluang seluas-luasnya bagi peternak ayam petelur skala kecil menjadi anggota,” tuturnya.

 

Kemitraan, Mengangkat Sentra Produksi

Arief Prasetyo Adi menyampaikan salam dan terimakasih Gubernur DKI untuk Koperasi Putera Blitar. “Pak Gubernur itu ingin Jakarta sebagai kota kolaborasi. Bekerjasama dengan situasi yang win-win, kita dipasok dengan pasokan stabil dan harga baik, pelaku di daerah produksi mendapat harga baik dan kepastian pasar,” dia mengungkapkan.

 

Saat harga telur tinggi peternak memberi harga yang baik pada PT FSTJ, dan kalau harga telur jatuh, PT FSTJ tidak akan menekan harga dari koperasi peternak. Tidak seperti broker pada umumnya, saat harga rendah menekan agar harga tetap rendah dan tetap menjual ke konsumen dengan harga tinggi, namun saat harga tinggi bisa jadi kabur untuk menekan harga juga.

 

“FSTJ bukan hanya menyediakan bahan pangan pokok tapi juga melakukan stabilisasi melalui kerjasama langsung dengan daerah produsen. Hari ini kita bisa temukan produk Koperasi Putera Blitar dengan grade A dan A plus di supermarket-supermarket Jakarta. Kita bangga hal ini,” ungkapnya.

 

Selain itu, dengan support dari FSTJ, telur Blitar juga telah masuk Toko Tani Indonesia Center (TTIC), dan sudah dijual di beberapa market place. Sistem penjaminan mutu telur juga disupport pada kemitraan ini, hingga telur Putera Blitar telah berhasil mendapatkan Nomor Kontrol Veteriner (NKV) sehingga memperlancar usaha pengiriman dan pengepakan telur dari sentra produksi ke daerah lain termasuk ke Jakarta.

 

Arief berharap segera ada perubahan citra koperasi yang bekerja dari angota, oleh anggota dan untuk anggota. Koperasi itu bukan selalu usaha skala kecil-kecil, dan urusannya hanya simpan-pinjam. Di Belanda, perusahaan yang besar-besar itu milik koperasi, bukan pengusaha kapitalis. “Melalui koperasi, kumpulkan uang Rp 1 juta per anggota, itu nanti SHU (sisa hasil usaha, deviden) itu lebih besar dari bunga bank kok. Masak setahun naruh uang Rp1 juta dipakai untuk usaha di koperasi tidak bisa dapat SHU Rp 200 ribu,” kata dia.  

 

Closed Loop

Ke depan akan dilakukan closed loop, antara penerima manfaat bantuan dari pemprov dengan PT FSTJ dan peternak petani di sentra produksi. Semua berhubungan dan menjalin satu komitmen, satu rasa dan tanggung jawab bersama.

 

Dia pun menanggapi kekhawatiran apakah pemangkasan rantai niaga ini menyebabkan pengurangan lapangan kerja. Menurut Arief, justru tidak terjadi , karena yang hilang itu adalah mereka yang bermain harga di tengah, dan bahkan berpotensi mengganggu distribusi pangan. “Mereka mengganggu kesejahteraan petani peternak sehingga NTP-nya (Nilai Tukar Petani) selalu rendah. Tidak ada sentral produksi yang diganggu, lengkap dengan pekerja-pekerjanya. Justru mereka berkesempatan lebih berkembang,” dia menegaskan.

 

Dia menguraikan, closed loop antara sentra produksi dan daerah pasar juga semakin kuat dengan efisiensi distribusi melalui ekspedisi yang tepat. Contohnya, daerah yang ada jalur kereta api akan lebih hemat biaya pengiriman Rp 200 - Rp 300 rupiah perkilogram. Penghematan ini bisa dibagi dua, Rp 150 untuk koperasi peternak, separuh untuk FSTJ atau siapapun mitranya. Menyejahterakan petani itu sebenarnya sederhana. Kalau untuk pakan, Rp 150 - Rp 300 itu sangat berarti bagi peternak,” urai Arief.

 

Sukses Berkoperasi

Budi Mustopo, Asisten Deputi Peternakan dan Perikanan Kementerian Koperasi dan UKM pada Mimbar TROBOS Seri 4 ini menyatakan kunci sukses berkoperasi, adalah dengan melayani, sehingga mendapatkan partisipasi anggotanya. Tanpa partisipasi anggota, koperasi Putera Blitar tidak akan punya telur. Anggota tinggal anggota, koperasi hanya tinggal lembaganya. “Maka koperasi harus produktif memberikan manfaat kepada anggota dan sebaliknya anggota berpartisipasi untuk jalannya koperasi,” ungkap Budi.

 

Dia menuturkan, pernah dihubungi oleh dapur Gojek, meminta agar ada koperasi yang bisa memasok kebutuhan telur dan sayuran. “Koperasi Pak Suwardi terpilih untuk memenuhi kebutuhan dapur gojek itu, melalui aplikasi digital. Maka koperasi harus melek digital juga sekarang,” tandas dia.

 

Kemenkop UKM mendorong, koperasi perunggasan yang sudah eksis maupun yang masih dirintis untuk maju, menjadi besar dan semakin modern. Bukan saatnya koperasi diselenggarakan secara sendirian, namun harus profesional, kompeten dan mengadopsi teknologi.

 

Terlebih, pada 14 Agustus 2020, Kemenkop UKM telah meneken MoU dengan Kementerian BUMN untuk pembinaan dan pendampingan koperasi melalui pengembangan digital platform dan BUMN menjadi penampung produk Koperasi. Berdikari menjadi penampung produk dari koperasi peternak Blitar, disalurkan kepada warung-warung melalui bantuan LPDB.

 

Koperasi didorong untuk menjadi korporasi dengan unit bisnis yang lebih besar melalui industrialisasi. Didukung dengan modal dari LPDB yang dianggarkan Rp 1 triliun tahun ini, unit bisnis koperasi diharap bisa memenuhi kebutuhan sarana produksi, pengolahan hasil dan pemasaran dari para anggota. “Koperasi lebih mudah mengakses dana dari LPDB. Begitu pak Teten masuk, permen pembiayaan yang melalui LPDB yang dulu dianggap susah telah dilakukan perbaikan prosedur, sehingga kita harapkan jadi lebih mudah,” tutupnya. ed/ntr

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain