Teknologi Kandang Ayam Modern

Teknologi Kandang Ayam Modern

Foto: istimewa


Berbagai inovasi dan terobosan terus dihasilkan untuk meningkatkan efisiensi serta mengoptimalkan performa ayam
 
 
Kandang  merupakan komponen penting dalam pemeliharaan ayam sebagai sarana dalam menjalani kehidupannya. Dalam perkembangannya, model perkandangan yang secara umum dikenal 2 jenis yaitu kandang terbuka (open house/OH) dan kandang tertutup (closed house/CH) terus mengalami perbaikan
dalam hal adopsi teknologi.
 
 
Menurut Suyud Kodradmanto, Sales Director Indonesia Farm Division Huali (Fam- sun Group), sistem kandang modern yang berbau teknologi suatu keharusan. Tetapi walaupun demikian modern, tetapi dalam beternak tidak harus selalu menggunakan closed house. “Menggunakan open house maupun closed house sama saja yang pen- ting kebutuhan minimum ayam tercapai,” ungkapnya dalam MIMBAR TROBOS Live- stock The Series 14 – Perunggasan dengan topik “Teknologi Kandang Ayam Modern” pada Senin (29/3).
 
 
Pada seminar daring yang disponsori oleh Huali – Famsun Grup, Tri Group, dan PT Dhanang Closed House serta disiarkan secara langsung di kanal YouTube Agristream TV dan Facebook TROBOS Livestock ini juga menghadirkan pembicara Dhanang Purwantoro, Owner PT Dhanang Closed House dan Ramadhana Dwi Putra Mandiri, Direktur PT Tri Satya Mandiri (Tri Group).
 
 
Ia menyatakan, kandang modern memiliki karakteristik yaitu membutuhkan proses modern melalui manufaktur. Namun dalam kondisi tertentu, sebagai contoh perkandangan open house di atas 600 dpl merupakan ketinggian yang sudah cukup bagus, sehingga tidak perlu juga closedhouse. “Pada saatkita punya modal yang agak pas pasan lalu ingin membangun kandang yang paling tidak sediki tmodern tempat pakannya otomatis tetapi masih tidak closed house juga bisa karena kita punya logika bagaimana ayam ini baik,” terangnya.
 
 
Kemudian karakteristik closed house ini adalah memiliki kapasitas tinggi dibandingkan open house. Kalau open house itu populasinya berkisar antara 4.000 – 5.000 ekor paling banyak 7.000 ekor kemudian kondisinya pendek-pendek. Tetapi di closed house mungkin bisa 20.000 ekor untuk layer (ayam petelur).
Sedangkan untuk broiler (ayam pedaging) sekarang isinya rata-rata per kandang 21.000 ekor. “Saat ini kita ma-sih ketinggalan dengan Bangladesh untuk broiler. Di Bangladesh sudah ada 6 tingkat tetapi di Indonesia yang tertinggi masih 3 tingkat,” kilahnya.
 
 
Selain itu, kandang modern memiliki karakteristik menggunakan biaya dan kalkulasi tertentu agar performa ayam jauh lebih baik dibandingkan yang open house atau tradisional. Juga menggunakan otomatisasi seperti tempat makan, tempat minum, dan sistemventilasi. Kandang modern ini terukur sehingga efisiensinya tinggi. Kalau dulu di broiler luas 1 m2 diisi 8 ekor sekarang bisa 15 ekor per m2. Kalau yang pakai cages bisa sampai 50 kg per m2. Kalau di lantai mungkin masih 30 kg per m2.
 
 
Ia menekankan, yang paling penting di closed house adalah tipe peralatan atau kan- dangnya mau seperti apa serta komoditasnya harus jelas apakah broiler, breeder atau layer. Juga sistem ventilasi karena kandang tertutup perhitungannya jangan sampai salah yang akhirnya akan menjadi masalah. “Pasokanlistrik, pengadaanair, sistempakan dan pencahayaan sangat penting baik di kandang broiler, breeder maupun layer,” kata Suyud.
 
 
Pentingnya Efisiensi
Hukum bisnis saatini adalah perusahaan yang miliki efisiensi tinggi yang akan tetap bisa bertahan dan menang (HPP (Harga Pokok Produksi) rendah). “Efisiensi sangat penting di bisnis peternakan kita,” tegas Dhanang.
 
 
Dalam sistem manajemen pemeliharaan ayam,baik broiler ataupun layer,efisiensi tinggi didapatkan dari mortalitas/kematian rendah; FCR (rasio konversi pakan) yang rendah; bobot ayam dirata-rata target ataupun lebih tinggi dari target(broiler); serta produksi telur di rata-rata target ataupun lebih tinggi dari target (layer). Juga biaya operasional yang rendah. “Kaitannya mulai dari mendesain sebuah kandang misalnya closedhouse. Agar memiliki biaya operasional yang rendah harus mengikuti pakem ukuran tertentu misalnya kandang sesuai standardisasi 12 x 120 m2 atau 10 x 100 m2 (2 lantai).
 
 
Guna mencapai efisiensi yang tinggi,lanjut Dhanang, faktor yang bisa dilakukan peternak adalah menggunakan sistem kandang ayam modern baik closed house full automatic ataupun closed house manual. “Saya ingat mulai 2007 ada penolakan saat membangun closed house karena peternak Indonesia pada waktu itu belum siap untuk menerimanya. Kenyataannya pada saat ini sejak 14 tahunyanglalu, peternak mulai sadar arah untuk efisiensinya tentunya di sistem closed house,” kenangnya.
 
 
Selanjutnya, agar efisien melalui alih teknologi, upgrade, dan update.“Artinya, kita punya kandang yang modern, kandang yang bagus namun alih teknologinya tidak siap, peternak tidak pernah upgrade dan update tentunya akan sangat ketinggalan karena yang namanya teknologi berkembang lebih cepat,” pesannya.
Faktor yang mempengaruhi efisiensi juga adalah manajemen yang berkualitas. Artinya, sebagus apapun kandang yang dimiliki tanpa manajemen yang bagus akan sulit untuk mencapai efisiensi tinggi. Kenapa di teknologi modern ini peternak harus buat closedhouse, harus update, manajemen harus baik untuk mencapai efisiensi tinggi karena pada saat peternak mendapatkan pakan dan DOC (ayam umur sehari) yang kualitasnya kurang bagus itu diluar kemampuan mereka.
 
 
“Kalau open house mendapatkan kualitas pakan dan DOC yang kurang disitulah peran closedhouse danmanajemensangatpenting. Makanya yang harus dilakukan peternak mengunci untuk arah efisiensi,” tegasnya.
 
 
Tuntutan Genetik Ayam
Sebagai fondasi perkandangan modern adalah harus mengadaptasi perkembangan ayam modern seperti broiler yang memiliki tuntutan genetik. Broiler modern memiliki potensi genetik yang hanya bisa dicapai dengan tingkat pemeliharaan atau lingkungan tertentu untuk pemeliharaan pembesarannya. “Seiring dengan genetik yang ada kita menghadapi banyak faktor. 2 faktor kunci adalah peternak harus terus menerus menekankan produktivitas dan menekan sisi potensi kerugian yang ada,” jelas Ramadhana.
 
 
Dalam 20 tahun perjalanan broiler perbaikan genetik dilakukan oleh pihak breeder. Menurut data lapangan Tri Group dari 2015 hingga saat ini banyak perbedaan signifikan dari pertumbuhan bobot ayam, dari sisi daya tahan ayam, dari sisi adaptasi ayam terhadap lingkungan atau cuaca yang ada. Seperti di area Jawa Barat yang sangat ekstrem perubahan cuacanya.
 
 
 
 
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 259/April 2021
 
 
 
 
 
 
 
 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain