Wajah Baru DSM-FIRMENICH

Wajah Baru DSM-FIRMENICH

Foto: 


Dengan teknologi yang dimiliki oleh DSM-Firmenich, dalam setiap proses pengembangan enzim mampu menghasilkan enzim protease yang tak sekadar protease
 
Kondisi perekonomian dunia sedang mengalami penurunan, hal tersebut nyata berdampak hampir ke semua sektor ekonomi tak terkecuali industri peternakan. Hal tersebut diamati Nabil Chiniah,General Manager DSM Animal Nutrition and Health Indonesia dan disampaikan kepada TROBOS Livestock di tengah gelaran International Livestock, Dairy, Meat Processing and Aquaculture Exposition (Ildex) Indonesia 2023 pada Jumat lalu (22/9). Ia pun meyakini jika di tahun depan, ekonomi dunia akan membaik seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dunia.
 
Ambil bagian di Ildex Indonesia 2023, DSM tampil dengan wajah barunya, stan beraksen toska terlihat modern merupakan identitas baru dari DSM yang kini disebut DSM-Firmenich. Perubahan nama ini sebagai bentuk dari merger DSM dengan Firmenich, sebuah perusahaan yang fokus pada aroma, rasa dan bahan baku asal Swiss. Beberapa inovasi terbaru milik DSM-Firmenich juga diperkenalkan dalam pameran tersebut.
 
“Bisnis DSM-Firmenich di Indonesia masih ditopang oleh industri unggas, di mana 42 % merupakan produk untuk layer (ayam petelur) dan 40 % dari broiler (ayam pedaging). Tak hanya unggas, kontribusi 6 % diberikan oleh perikanan dan 2 % dari udang, sisanya adalah gabungan dari sapi, babi dan hewan lainnya. Fokus kita masih di ayam, udang dan sapi. Meski sapi perah masih kecil (secara market), tetapi penting untuk Indonesia,” ujar Nabil menekankan.
 
Enzim jadi Solusi
Enzim kini makin jamak digunakan dalam industri perunggasan baik layer maupun broiler, hal ini diungkapkan Siew Chung Phang, DSM Greater APAC sebagai respons atas langkanya bahan baku impor. “Kita semua masih ingat pada 2022 merupakan tahun di mana harga bahan baku pakan menyentuh level tertinggi.
 
Di tahun ini (2023), kita sedikit bernafas lega karena harga bahan baku mulai terkendali,” terangnya.Salah satu penyebab naiknya harga bahan baku pakan menurut Phang, adalah karena terjadinya penangguhan kesepakatan pelayaran biji-bijian yang terjadi di Laut Hitam. Hal tersebut nyata berdampak pada kenaikan bahan baku dan biji-bijian antara 10-15 %.
 
Solusi yang diyakini Phang agar peternak dan pelaku industri perunggasan mampu menyiasati hal ini adalah dengan mengoptimalkan tingkat cerna bahan baku pakan menggunakan enzim. Ia juga menyampaikan penggunaan enzim yang tepat dapat mengoptimalkan harga pakan dan membuat usaha peternakan menjadi berkelanjutan.
 
Salah satu produk enzim unggulan dari DSM-Firmenich adalah Ronozyme, di mana penggunaannya mampu menghasilkan performa ternak yang sama meski kandungan protein dalam pakan lebih sedikit. Produk ini pun terus dimutakhirkan hingga melahirkan produk generasi ke-4 yang disebut HiPhorius yang telah diluncurkan di Amerika Serikat (AS) pada 2022 lalu.
 
“Dengan teknologi yang dimiliki oleh DSM-Firmenich, dalam setiap proses pengembangan enzim mampu menghasilkan enzim protease yang tak sekadar protease. Dari 4 juta molekul kandidat enzim, Novozyme melalukan screening terus-menerus menjadi 500 hingga dipilih 71 molekul yang akan diuji coba ke ternak. Itulah usaha yang DSM lakukan hingga terpilih 3 dan akhirnya 1 molekul protease yang terpilih,” imbuh Phang.
 
Adapun penggunaan 100 gram HipHorius 10 dalam pakan diklaim Phang mampu menghemat hingga 11,2 kg posphat inorganik (MDCP) dalam setiap ton pakan yang diproduksi. Karenanya, penambahan produk ini dalam pakan dapat menurunkan emisi fosfor ke lingkungan dan tentu meningkatkan performa broiler serta mereduksi biayapembuatan pakan. Nabil mengakatan, salah satu keunggulan yang dimiliki DSM-Firmenich, selain kualitasnya yang tentu sudah terjamin. “Untuk DSM-Firmenich, ANH akan terus bekerja sama dengan para petani untuk meningkatkan gizi dan kesehatan hewan ternak mereka, serta kualitas produk kami akan selalu terjamin,” pungkasnya.TROBOS/Ad

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain