Vaksindo Fokus Ekspansi Ekspor

Vaksindo Fokus Ekspansi Ekspor

Foto: Istimewa


PT Vaksindo Satwa Nusantara (Vaksindo) dan PT Agrinusa Jaya Santosa (AJS) merupakan anak usaha milik PT Japfa Comfeed Indonesia (Japfa). Keduanya adalah company animal health and livestock equipment solution, yang menawarkan solusi untuk kesehatan hewan dengan menyediakan vaksin, obat hewan, vitamin, premiks, disinfektan, dan semua peralatan yang diperlukan di peternakan. Vaksindo dan Agrinusa kali ini turut menunjukan eksistensinya pada ILDEX Indonesia 2023, yang merupakan salah satu acara pameran industri peternakan internasional yang dilaksanakan 20-23 September 2023 lalu. Vaksindo dan Agrinusa menyuguhkan berbagai produk unggulan baik yang diproduksi sendiri maupun produk distributor. Antusias pengunjung terlihat dari ramainya stan Vaksindo dan Agrinusa.
 
 “Untuk animal health atau farmanya, kita memiliki semua kebutuhan peternak on farm, juga berupa peralatannya. Salah satu yang kami kenalkan adalah hatchery vaccination atau vaksinasi di hatchery, sehingga untuk broiler (ayam pedaging) vaksinasi on farm itu sudah hampir tidak ada, semuanya dilakukan di hatchery. Di mana DOC (ayam umur sehari) divaksinasi saat menetas, baik melalui suntik maupun spray, sehingga vaksinasi on farm-nya bisa sedikit dihindari,” ungkap Head of Science and Innovation Japfa, Maureen Kalona Kandou saat ditemui di stannya pada pameran Ildex Indonesia 2023 di ICE BSD Tangerang, Banten (20-22/9).
 
Maureen pun dengan bangga memperkenalkan vaksin IB (infectious bronchitis) yang baru dirilis (launching). “Itu hasil penelitian Vaksindo, di mana virus IB yang ganas dilemahkan dan bisa diaplikasikan secara live, sehingga proteksinya lebih baik. Kami juga membawa produk pabrik premiks kami yang baru di Cikarang, Jawa Barat, oleh AJS premiks. Di sana kami menyediakan premiks dengan mutu yang sepadan atau sejalan dengan yang impor, sehingga di Japfa pun dengan level atau permintaan yang cukup tinggi masih bisa memenuhi dengan premiks di dalam negeri,” terangnya.
 
Menurutnya, fokus Vaksindo di 2023ialah ekspansi ekspor. Pasalnya dari pencanangan 11 negara, sekarang hampir mencapai 20 negara untuk kegiatan ekspornya. Maka itu, Vaksindo terus melakukan ekspansi pasar di antaranya ke Middle East (Timur Tengah), yakni masuk ke UAE (Saudi Arabia), Yordania, Mesir, Maroko, kemudian Afrika yakni Nigeria, Kenya dan Zambia.
 
“Kelebihan Vaksindo tentu ada di kemampuan risetnya, seperti tagline kami Research Based Vaccine, sehingga kami sangat melihat kondisi pasar dan penyakit di lapangan apa yang sedang beredar. Vaksin yang kami teliti lebih kepada tantangan yang ada di lapangan, dan itu yang kami carikan solusinya,” tutur dia. Ia juga berharap supaya Japfa, khususnya Vaksindo dan Agrinusa bisa lebih maju, bisa ekspor ke seluruh dunia dan tetap dihargai di dalam negeri.
 
Rilis Vaksimune IB QX
Vaksindo yang berfokus pada vaksin dan obat-obatan hewan, telah meluncurkan produk terbarunya yaitu Vaksimune IB QX yakni virus hidup yang dilemahkan (live attenuated vaccine). Seperti yang diungkapkan oleh Maureen sebelumnya, Vaksimune IB QX merupakan produk vaksin aktif IB, dengan strain QX yang saat ini paling banyak beredar dan menyebabkan gejala klinis pada unggas. Peluncuran vaksin tersebut dilangsungkan bertepatan dengan hari pertama pelaksanaan pameran Ildex Indonesia 2023 pada Rabu (20/9).
 
Vaksindo hadir menawarkan solusi akan penanganan IB melalui produk terbarunya, Vaksimune IB QX sebagai upaya preventif yang efektif mencegah penyebaran penyakit dan kerugian peternak lebih lanjut. “Vaksimune IB QX-live attenuated vaccine memiliki kemampuan dalam memicu respon imun (imunogenisitas) yang baik dan telah terdaftar di Kementerian Pertanian RI. Vaksin tersebut menjadi solusi yang menguntungkan bagi petani untuk mengoptimalkan pencegahan IB,” terang Head of SBU Animal Health and Livestock Equipment Japfa, Teguh Prajitno dalam presentasinya.
 
Vaksindo memproduksi Vaksimune IB QX-live attenuated vaccine yang telah teruji memiliki imunogenitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan strain IB lainnya. Perbedaan tipe antigenik dan varian hanya sedikit memberikan protektivitas pada ayam, sehingga penggunaan strain QX yang sesuai dengan kondisi di lapangan akan sangat diperlukan. Beberapa kelebihan lain vaksin ini di antaranya adalah memberikan proteksi dini, di mana vaksinasi sejak umur 0 hari (DOC), penggunaan di Hatchery Vaccination akan memberikan hasil yang lebih tepat dan hemat, proteksi yang tepat terhadap tantangan IB QX, serta perlindungan lebih di saluran pernafasan atas (URT). Pun Vaksindo telah memenuhi standar ISO 9001: 2015, ISO 17025 dan Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik/Good Manufacturing Practice (CPOHB/ GMP).
 
Selain itu, Vaksindo secara aktif berkolaborasi dengan lembaga penelitian internasional guna mengikuti tren baru dan berkembang dalam kesehatan hewan. Obat-obatan dan vaksin yang diproduksi Vaksindo telah berhasil diekspor ke 11 negara, di antaranya Nigeria, Pakistan, Myanmar, Malaysia, Vietnam, India, Uzbekistan, Uni Emirat Arab (UAE), Kamboja, Nepal, dan Arab Saudi. “Selama 40 tahun, Vaksindo senantiasa memperbarui produk kesehatan hewan dengan menggunakan teknologi terbaru dan proses yang inovatif. Tentunya didukung oleh penelitian yang komprehensif dan berkesinambungan, sehingga menghasilkan produk yang tidak hanya diminati secara nasional, melainkan juga pasar global”, tutup Teguh.
 
Pentingnya Gut Health
Pada seminar bertajuk ‘Identifying Intestinal Health Problems through Laboratory Test’, Head of Product Management Agrinusa, Jatmiko menjelaskan bahwasanya ada dua faktor penting dalam kesehatan pencernaan (gut health), yaitu yang pertama adalah pakan sehingga harus presisi nutriennya untuk di unggas. Kedua terkait dengan lingkungan, di mana ayam di tempat yang panas akan berdampak pada adanya peradangan di saluran pencernaan, sehingga penyerapan nutrisi bermasalah dan efeknya peternak merasakan FCR-nya (feed conversion ratio) bengkak.
 
“Usus memiliki 70 % pertahanan kesehatan ayam. Jika ususnya tidak sehat, maka masalahnya akan banyak. Penambahannya dengan triptofan 0,1 %; 0,17 %; 0,25 % bisa terlihat performanya naik 11 % dari kontrol. Ini bicara struktur dari vili, sehingga untuk memperbaiki vilinya agar tinggi salah satunya harus di-fulfill dengan asam amino, terutama triptofan dan treonin,” terang Jatmiko pada Kamis (21/9).
 
Lebih lanjut, Head of Diagnostic Lab, Lusia Yuni Hastanti mengatakan identifikasi kesehatan usus perlu dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pencernaan ayam, yaitu kualitas pakan dan air minum, gangguan sistem kekebalan primer di saluran pencernaan, kemudian adanya jamur dan mikotoksin dalam pakan, keseimbangan mikroflora usus dan stres.
 
Menurut Lusia, salah satu cara mengidentifikasi penyebab masalah saluran penceraan yaitu dengan pemeriksaan laboratorium. “Identifikasi kesehatan saluran pencernaan ini melalui pemeriksaan laboratorium ada beberapa tujuan, salah satunya untuk monitoring. Agrilab mempunyai fasilitas beberapa laboratorium yang lain, yakni patologi, serologi, mikrobiologi serta PCR. Sebagai informasi tambahan, Agrilab sudah mengimplementasikan ISO 17025 untuk kompetensi laboratorium pengujian dan implementasi ISO 9001 – 2012,” sebutnya.
 
Kontrol Penyakit Pernapasan
Vaksindo pun memfasilitasi seminar lain bertajuk ‘Control Respiratory Disease due to ND’ pada Kamis (21/9). Head of Animal Health Technical Service, Haris Setiadi memaparkan ketika ND (newcastle disease) masuk ke masa laying, maka akan terjadi penurunan produksi. Hal ini diyakininya bervariasi, tergantung dari kekebalan yang dimiliki ayam. Awal penurunan produksi sampai recovery rata-rata terjadi 1-2 bulan.
 
“Seberapa banyak multi umurnya akan berpengaruh pada masa recoverynya. Di mana makin banyak multi age, maka akan makin lama masa penyembuhannya. Sebab ND bersifat airborne disease, sehingga jika satu kandang terkena, maka yang lainnya cepat atau lambat juga akan terinfeksi,” beber Haris. Strateginya, Haris menambahkan, adalah menggunakan vaksin tradisional live dan killed seperti biasa atau fokus pada antigenic match yang homolog.
 
Pada situasi yang endemik ND di Indonesia, tentu memerlukan vaksin yang homolog supaya ketika terjadi kasus di kandang, tidak akan separah kandang yang pertama atau sebelumnya. “Guna menetralisir ND yang virulen, dibutuhkan antibodi yang matching atau mirip. Ketika tidak mirip maka tidak 100%, lagi walaupun yang matching pun juga tidak 100 % tetapi ketika tidak matching akan lebih mudah terinfeksi,” pungkas Haris.TROBOS/Adv
 
 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain