Tangkal aMPV dan SHS pada Unggas

Tangkal aMPV dan SHS pada Unggas

Foto: By Shara


Bogor (TROBOSLIVESTOCK.COM). Penyakit unggas merupakan tantangan besar bagi peternak di seluruh dunia, terutama dengan munculnya virus-virus baru yang berdampak signifikan pada kesehatan dan produktivitas ternak. Dua penyakit yang saat ini menjadi perhatian utama adalah avian metapneumovirus (aMPV) dan swollen head syndrome (SHS) atau sindrom kepala bengkak. Kedua penyakit ini, meskipun berbeda dalam etiologi dan gejala klinis, memiliki dampak yang serius terhadap industri perunggasan, terutama di sektor broiler (ayam pedaging) dan layer (ayam petelur).

 

Juan Luis Criado, Global Product Manager Hipra, dalam kegiatan ‘Hipra Seminar on Avian Metapneumovirus & Avisan SHS Vaccine Launch’ pada Senin (24/6), menyampaikan bahwa aMPV adalah patogen pernapasan yang sangat menular yang dapat menyerang berbagai jenis unggas, termasuk ayam, baik broiler maupun layer. Dalam paparannya yang bertajuk ‘Avian Metapneumovirus – A Prevalence Pathogen Impacting the World Poultry Industry’, ia mengatakan virus ini menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas yang ditandai dengan gejala-gejala seperti batuk, bersin, dan keluarnya cairan dari hidung. Pada kasus yang parah, aMPV dapat menyebabkan penurunan produksi telur, pertumbuhan yang lambat, dan peningkatan angka kematian, terutama pada unggas muda.

 

Sementara itu, Ong Shyong Wey, Regional Technical Marketing Manager Hipra, mengungkapkan beberapa strategi dalam melindungi sistem pernafasan dan reproduksi dari serangan aMPV. “Antibodi maternal tidak dapat melindungi ayam terhadap tantangan di lapangan. Dalam melindungi saluran pernafasan, dibutuhkan vaksin live dan vaksin kill, juga booster untuk memperpanjang masa imunitas,” paparnya pada saat membawakan materi berjudul ‘Protecting the Poultry Productivity with Effective Avian Metapneumovirus Prevention’.

 

Sedangkan dalam perlindungan reproduksi, imunitas humoral diperlukan untuk melindungi ayam di masa bertelurnya. Pemberian vaksin kill sangat dibutuhkan dan harus diberikan 2-3 minggu sebelum ternak dipindahkan guna memastikan serokonversi yang baik sebelum menghadapi stres dan tantangan di kandang layer. Efek dari vaksin kill ini baru dapat bekerja secara efektif mulai dari 3 minggu setelah aplikasi dan dapat bertahan sekitar 45 minggu.

 

Lebih lanjut, Prof I Wayan Teguh Wibowo, Guru Besar IPB University, menerangkan bahwa SHS merupakan kondisi klinis yang sering dikaitkan dengan infeksi aMPV, meskipun dapat juga disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder seperti E. coli. SHS ditandai dengan pembengkakan di sekitar mata dan kepala, konjungtivitis, dan kekeruhan pada mata. “Kondisi ini tidak hanya menyebabkan rasa sakit dan stres pada unggas, tetapi juga menurunkan kualitas produk ternak, baik daging maupun telur,” imbuhnya dalam pemaparannya bertajuk ‘Swollen Head Syndrome dan Cara Pengendaliannya’.

 

Mengingat dampak signifikan dari kedua penyakit ini, upaya pencegahan dan pengendalian menjadi sangat krusial. Salah satu langkah awal yang penting adalah implementasi biosekuriti yang ketat di peternakan. “Namun perlu diperhatikan, tidak semua penyakit dapat dicegah dengan tindakan biosekuriti, khususnya yang penyebarannya bersifat aerosol. Untuk penyakit seperti ini vaksinasi memegang peran yang utama,” tekannya.

 

Maka itu, Hipra menghadirkan solusi melalui program vaksinasi dan monitoring aMPV di peternakan unggas, khususnya broiler dan layer. Hal tersebut disampaikan oleh Aditya Fuad Risqianto, Technical Service Manager Hipra Indonesia dalam paparannya berjudul ‘Trusted Solutions, Services, and Experiences from Hipra Indonesia’.

 

Selain itu, dalam kegiatan yang sama, Hipra juga meluncurkan Avian Metapneumovirus & Avisan SHS Vaccine. Kegiatan diselenggarakan di IPB International Convention Center, Bogor, yang ditandai dengan pemukulan gong oleh Franky Sihotang, Subsidiary Business Manager  Hipra Indonesia. shara

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain