Don P Utoyo: Era Perintisan & Perkembangan Perunggasan Nasional

 

Ungkapan Profesor Bungaran Saragih bahwa "Agribisnis Ayam Ras dibangun pada masa Republik" merupakan hal yang patut digarisbawahi dan dibanggakan oleh kalangan masyarakat peternakan, khususnya masyarakat perunggasan. Namun, dibalik kebanggaan masyarakat perunggasan juga harus waspada, jangan sampai kondisi sistem dan usaha agribisnis perunggasan yang sudah terbangun selama ini menjadi rusak karena salah arah dan salah kebijakan.

 

Bisnis ayam ras di Indonesia telah melewati pasang surut, melalui sejarah panjang pada masa Republik Indonesia. Dr Suhadji (Direktur Jenderal Peternakan saat itu) membagi dalam beberapa tahapan-tahapan yaitu 1) Perintisan (1953 – 1960); 2) Perkembangan (1961 – 1970); 3) Pertumbuhan (1971 – 1980). Penulis menambahkan, setelah tahap Pertumbuhan yang berlanjut hingga 1998, terjadilah krisis moneter global yang telah ikut melanda Indonesia sehingga muncullah tahapan-tahapan berikutnya, yaitu 4) Tahap Ujian (1998 – 2005) dan 5) Tahap Pemantapan Pola Agribisnis yang berlangsung sejak 2005 hingga kini dan masa-masa ke depan.

 

Pada era tahapan Perintisan (1953 – 1960), dicirikan dengan munculnya banyak penggemar/hobbiest, para pecinta ayam yang mengkoleksi ayam-ayam murni impor yang didatangkan oleh pemerintah dalam rangka Rencana Kemakmuran Indonesia (RKI) melalui lembaga-lembaga penelitian, lembaga-lembaga pengkajian maupun fakulas-fakultas peternakan dan fakulas-fakultas kedokteran hewan di Indonesia. Breed-breed murni yang diimpor masuk ke Indonesia antara lain White Leghorn (WL), Rhode Island Red (RIR), Australop, New Hampire, dan Plymouth Rock. 

 

Awalnya, sifat pemeliharaan ayam-ayam tersebut sangat sederhana, hanya dipelihara beberapa ekor, puluhan sampai ratusan ekor ayam dipelihara di belakang rumah (back-yard), sekedar untuk kesenangan, bukan untuk tujuan komersial. Lama kelamaan para pemelihara ayam tersebut merasa adanya nilai ekonomi yang dapat memberi keuntungan kepada mereka. Meski perintisan ayam ras agak lambat karena adanya berbagai macam gangguan keamanan/pergolakan politik di dalam negeri dan konfrontasi dengan negara lain, para pemelihara ayam ras dan turunannya jumlahnya makin banyak, sehingga diperlukan adanya penyedia sarana produksi berupa bibit, pakan, obat-obatan/vaksin secara teratur, serta perlu pemasaran untuk menyalurkan produk-produk berupa telur ayam, ayam potong, dan daging ayam. Seringkali, pada saat-saat tertentu, para peternak mengalami kesulitan keuangan, sehingga harus melakukan barter telur-telur dan ayam hasil produksi para peternak dengan sarana produksi yang dijual di toko-toko penjual sarana produksi.  

 

Demi untuk membantu kebutuhan para pemelihara ternak ayam ras, dibentuklah perkumpulan-perkumpulan pemelihara ayam ras impor maupun ayam persilangan ras dengan lokal, yang kemudian bergabung dalam Gabungan Peternak Unggas Indonesia (Gapusi). Perannya, banyak di hulu, melayani para peternak (on-farm) dalam penyediaan sarana produksi bibit, pakan, obat-obatan hingga pemasaran produk-produknya. Inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal agribisnis perunggasan Indonesia.

 

Pada tahapan Perkembangan (1961 – 1970) terjadi pada era pembebasan wilayah Irian Barat, era konfrontasi dengan negara tetangga dan pergolakan politik di dalam negeri. Barulah setelah suasana membaik dan stabil, program-program rencana Kemakmuran Indonesia (RKI) dilanjutkan kembali dengan lebih memberdayakan lembaga-lembaga penelitian, pengkajian, pengembangan, perekayasaan, penyuluhan. 

 

Pada era itu banyak sekali kebutuhan tenaga-tenaga pembangunan/Sumber Daya Manusia. untuk itu didirikanlah fakultas-fakultas pertanian, kedokteran hewan, peternakan, sosial-ekonomi. selanjutnya, tenaga-tenaga sarjana lulusan fakultas pertanian, kedokteran hewan, peternakan, sosial-ekonomi pertanian tersebut banyak yang dikirim untuk belajar ke luar negeri mengikuti program beasiswasampai ke jenjang S2 dan S3. Tak ketinggalan juga pengembangan sekolah-sekolah menengah kejuruan pertanian, peternakan, termasuk sosial-ekonomi pertanian dalam arti luas. 

 

Lembaga-lembaga penelitian, pengkajian, pengembangan, perekayasaan antara lain Lembaga Penelitian Peternakan, Lembaga Penelitian Penyakit Hewan dan Virologi di Bogor, Pusat Veterineria Farma di Wonocolo. Harus dicatat, betapa besar peran para peneliti/pengkaji yang ikut meneliti, mengembangkan dan memperkenalkan ayam ras; antara lain di bidang pakan yaitu Prof Dr D.A. Lubis, Prof Dr J.H. Hutasoit, Dr Anggorodi ; peneliti/pengembangan bibit ayam ras Drh A.P. Siregar; peneliti/pengembang vaksin penyakit (ND) seperti Dr R.P. Utojo, Dr Kurjana, Dr F.K Waworoentoe, Dr. Tandjung Adiwinata dan masih banyak lagi peneliti/pengembangan ayam ras dari berbagai segi keilmuan teknis yang lainnya di bawah naungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang dikepalai Ir Sadikin Sumintawikarta.

 

Pameran Ternak Nasional termasuk unggas digelar pada 1967, dengan harapan untuk meningkatkan konsumsi total protein hewani yang saat itu masih sangat rendah sekitar 3 gram/kapita/hari diusahakan untuk dapat ditingkatkan menuju 5 gram/kapita/hari. Berbagai macam kegiatan bimbingan/penyuluhan yang terus-menerus digalakkan memberi penyuluhan teknis beternak unggas ayam ras kepada para peternak oleh para penyuluh pertanian/peternakan di bawah naungan Badan Penyuluhan Pertanian yang dikepalai oleh Ir Salmon Padmanagara. 

 

Bekerjasama dengan ibu-ibu PKK, Dharma Wanita, Bhayangkari, Persit Chandra Kirana, PIA Ardia Garini, Jala-Senastri, dan lain-lain digaungkan terus menerus manfaat produk unggas telur dan daging broiler (ayam pedaging) kepada masyarakat luas. 

 

Breed-breedayam murni makin banyak yang diimpor masuk ke Indonesia melalui berbagai program pemerintah, bantuan hibah kerjasama luar negeri, maupun yang dimpor sendiri oleh perusahaan-perusahaan pembibitan ayam ras. Semakin berkembang pula kios-kios, poultry shop penyedia sarana produksi ayam ras. TROBOS

*Ketua FMPI (Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain