Imbuhan Pakan Alami

Imbuhan Pakan Alami

Foto: 


Cenderung lebih aman, tidak menimbulkan residu pada produk yang dihasilkan, dan resistensi pada tubuh ayam saat pemakaian
 
 
Sudah lebih dari 2 tahun atau sejak 1 Januari 2018, kebijakan pelarangan penggunaan AGP (Antibiotic Growth Promoters) dalam pakan efektif diberlakukan pemerintah melalui Permentan (Peraturan Menteri Pertanian) No. 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan. Kebijakan pelarangan yang diperkuat dengan Permentan No. 22/2017 tentang Pendaftaran dan Peredaran Pakan, yang mensyaratkan pernyataan tidak menggunakan AGP dalam formula pakan yang diproduksi bagi produsen yang akan mendaftarkan pakan salah satunya mendorong para pelaku usaha menggunakan alternatif imbuhan pakan alami atau natural feed additive.
 
 
Menurut Sales Consultant CV Pradipta Paramita, Yosua Sujud Apriyanto, natural feed additive merupakan senyawa tambahan yang merupakan hasil dari metaboilt sekunder yang ada di dalam tanaman, baik yang mengandung nutrisi dan anti-nutrisi, sebagai antioksidan serta antiinflamasi yang sengaja diberikan pada ternak melalui pakan maupun air minum untuk meningkatkan produktivitas ternak. 
 
 
Selain itu, terdapat probiotik yang merupakan mikroba hidup yang sengaja diberikan untuk menjaga keseimbangan sistem pencernaan serta ada prebiotik yang merupakan zat atau substrat yang terkandung dalam makanan yang tidak dapat dicerna sebagai sumber makanan probiotik. “Juga bisa berupa sinbiotik yang merupakan kombinasi antara probiotik dan prebiotik, serta vitamin dan mineral yang termasuk ke dalam natural feed additive,” kata Yosua kepada TROBOS Livestock.
 
 
Technical Commercial Specialist PT Nutricell Pacific, Amalia Ikhwanti mengatakan, natural feed additive merupakan senyawa yang berasal dari bahan-bahan natural misalnya tanaman herbal. “Biasanya zat aktif dari tanaman tersebut dapat dimanfaatkan sebagai growth promoter pada ternak unggas sebagai alternatif pengganti penggunaan antibiotik, menjaga kesehatan dan mengoptimalkan pertumbuhan (produktivitas),” jelasnya. 
 
 
Managing Director PT Biomin Indonesia, Yatie Setiarsih turut berpendapat, natural feed additive merupakan bahan imbuhan alami  pada pakan  yang tidak mengandung bahan kimia atau sintetis. Natural feed additive lebih banyak fokus pada alternatif AGP. Selain itu sebagai anti mikroba  dan anti mikotoksin. 
 
 
Sedangkan Territory Manager, PT Olmix Indonesia Nutrition, Yuana Saputra menyatakan, natural feed additive adalah imbuhan pakan ternak yang umumnya di ekstrak dari bahan tanaman. Dengan memanfaatkan kandungan alami dari bahan tanaman tertentu, imbuhan pakan alami ini dimanfaatkan dengan berbagai tujuan yang spesifik seperti untuk meningkatkan sistem ensimatik pencernaan, stimulasi kekebalan tubuh, antibakteri, aktivitas dan penghambatan koksidia, anti parasit, antivirus, anti-inflamasi dan antioksidan.
 
 
Tren Penggunaan
Penelitian tentang produk natural feed additive mulai banyak dilakukan pada awal 2000an, khususnya percobaan yang terkait dengan produk alternatif pengganti AGP. Sebelum pada akhirnya negara-negara di Uni Eropa resmi melarang pemakaian AGP digunakan pada industri peternakan di awal 2006. “Di Indonesia tren penggunaan natural feed additive ini meningkat seiring dilarangnya pemakaian AGP pada pakan ternak di awal 2018 yang lampau,” ujar Yuana.
 
 
Ia melanjutkan, produk natural feed additive ini bisa berasal baik dari tanaman darat maupun tanaman laut. Untuk tanaman darat beberapa jenis tanaman keras yang digunakan karena sifat medis, rasa, aroma, atau sejenisnya. Rempah-rempah seperti kayu manis, cengkeh, dan sejenisnya. Juga ada yang dibuat dari bagian tanaman seperti dari akar, daun, dan kulit kayu. Minyak atsiri/essential oil yang diproses dengan hidro-destilasi juga banyak dimanfaatkan untuk natural feed additive, seperti eucalyptus, oregano, dan thymol.
 
 
Yuana menyampaikan, sedangkan natural feed additive yang berasal dari tanaman laut mulai banyak pemanfaatannya, melalui proses ekstraksi, hidrolisa, dan mikro filtrasi. “Untuk saat ini bisa ditemukan di lapangan produk dengan kandungan MSP Algae yang merupakan polisakarida bersulfat yang mempunyai efikasi untuk kesehatan saluran pencernaan, meningkatkan kerja sistem ensimatik, imuno stimulan, anti bakterial, anti viral properti dan juga bisa digunakan sebagai aktioksidan dan prebiotik,” paparnya.
 
 
Yosua juga berpendapat, tren penggunaan natural feed additive ini sejak diberlakukan pelarangan terhadap penggunaan AGP di 2018 oleh pemerintah yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 18/2009 juncto Undang-Undang No. 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang menyatakan tentang pelarangan penggunaan pakan yang dicampur dengan hormon tertentu atau antibiotik imbuhan pakan. “Jika melihat di pasaran produk natural feed additive ini terbuat dari tanaman fitobiotik seperti jahe, kunyit, kencur, kunir putih, dan temulawak. Tanaman tersebut mengandung senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan dan produktivitas ternak. Juga probiotik yang terbuat dari kultur mikroba yang berbentuk positif bagi tubuh ternak,” urainya.
 
 
Yatie mengatakan, diberlakukannya pelarangan AGP di Eropa di 2004 dan di Asia di mulai di Korea Selatan di 2011, sejak itu di dunia peternakan mulai banyak dilakukan penelitian yang intensif untuk mencari alternatif pengganti AGP. “Banyak peneliti memberikan alternatif sebagai solusi natural feed additive yang khususnya sebagai kontrol patogen dan alternatif AGP seperti probiotik, prebiotik (yeast), acidifier, dan phytogenic. Penggunaan mikotoksin alami mengalami peningkatan dalam penanganan kontaminasi mikotoksin. “Masing-masing produk memiliki keunggulan karena penggunaannya dianjurkan sebagai kombinasi bukan sebagai single product yang khasiatnya bisa melengkapi satu sama lain,” katanya.
 
 
Amalia berkomentar, para peneliti dan praktisi industri perunggasan mulai marak mencari alternatif solusi berupa bahan-bahan herbal serta mengaplikasikannya sebagai natural feed additive sejak AGP dilarang, walaupun sebetulnya sejak dulu penelitian tentang ini sudah dilakukan. “Beberapa produk natural feed additive yang beredar di pasaran, terbuat seperti dari zat aktif curcumin (kunyit), piperin (merica), eugenol (cengkeh, buah pala, kayu manis, kemangi), thymol (thymus), oregano, garlic, dan citrus,” terangnya.
 
 
Ragam Manfaat & Aplikasinya
Saat ini banyak beredar produk natural feed additive yang bisa menjadi pilihan para konsumen. Seperti Amalia yang mencontohkan produk natural feed additive dari perusahaannya yang terbuat dari curcumin, piperin, eugenol, dan thymol. 
 
 
Keunggulan curcumin yaitu berfungsi sebagai stimulan aktivitas endogenous enzyme (usus dan pankreas); berfungsi sebagai antioksidan; antibacterial. Piperin berfungsi untuk meningkatkan kecernaan dengan menstimulasi endogenous enzyme; senyawa anti-inflammatory. Eugenol berfungsi sebagai senyawa antibakterial. Thymol berfungsi sebagai senyawa antibakteri, anthelmintic (anti cacing). “Molekul dari bahan baku ini bekerja saling mendukung satu sama lain,” tandasnya.
 
 
Amalia menguraikan tahapan awal dalam mengembangkan produk natural feed additive adalah dengan mengeksplorasi beberapa senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman herbal, kemudian diujikan terlebih dahulu secara in-vitro. Setelah melewati tahapan validasi data secara in-vitro, kemudian dilakukan percobaan secara in-vivo terhadap ternak di kandang (research stations) secara beberapa periode tertentu dengan desain yang sudah terstandardisasi. Setelah data dari research stations tervalidasi, tahapan akhir adalah aplikasi produk pada skala komersialisasi. 
 
 
Ia mengklaim, senyawa aktif yang terdapat dalam produknya dapat mengoptimalkan penyerapan nutrisi di dalam usus melalui dorongan aktivitas endogenous enzyme oleh senyawa curcumin dan piperin. Selain itu, komponen lain dalam produk berfungsi sebagai antibakteri, sehingga sangat baik terhadap kesehatan saluran cerna. “Penyerapan optimal di dalam saluran cerna akan meningkatkan efisiensi pemberian pakan dan mengoptimalkan produktivitas ternak,” tegasnya.
 
 
Amalia menyebutkan, produk natural feed additive dari perusahaannya menyasar pada saluran pencernaan secara umum, walaupun ada beberapa yang bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas antioksidan pada tingkat seluler. “Produk Crina Poultry ini diberikan melalui suplementasi ke dalam pakan dan ada juga yang melalui air minum. Produk ini baik digunakan untuk menciptakan saluran cerna yang sehat sejak dini. Oleh sebab itu, baiknya penggunaan produk ini dimulai pada saat DOC (ayam umur sehari) sampai panen,” paparnya.
 
 
Olmix Perancis memanfaatkan beberapa spesies dari Algae atau rumput laut untuk pengembangan produk-produknya. Rumput laut termasuk golongan tumbuhan yang cepat berkembang, bisa lebih dari 30 % sehari sehingga sangat terjamin keberlanjutannya. Dalam beberapa produknya juga memanfaatkan penggunaan kombinasi asam organik untuk melengkapi efikasi dari produk yang diinginkan. “Keunggulan natural feed additive yang utama diantaranya adalah unsur alami pakan, tidak adanya efek residual, ramah lingkungan dan tidak berbahaya, serta minimum berdampak pada resistensi obat,” ungkap Yuana.
 
 
Ia menegaskan, riset menjadi faktor kunci dalam menghasilkan natural feed additive yang baik. Kerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga riset independen ternama sangat penting untuk menguji zat aktif natural yang akan dipasarkan. Uji in vitro dan in vivo ditingkat laboratorium dengan protokol yang ketat sesuai dengan kaidah akademis menjadi kunci untuk keberhasilan riset tersebut. Selanjutnya akan dibuktikan efikasi produk jadinya di uji coba lapang pada kondisi kandang komersial untuk melihat manfaat nyata yang sesungguhnya.
 
 
Yuana menyatakan, manfaat produk natural feed additive untuk broiler (ayam pedaging) maupun layer (ayam petelur) yaitu mempengaruhi asupan pakan, kecernaan nutrisi, dan performa unggas. Untuk suplemen antimikroba, beberapa penelitian menunjukkan kuat aktivitas antimikroba dari ekstrak tanaman tertentu terhadap bakteri Gram- dan Gram+. Tanaman siap mensintesis zat untuk pertahanan terhadap mikroorganisme patogen. Selain itu, ekstrak tanaman tertentu dapat menghasilkan metabolit antimikroba sekunder sebagai bagian pertumbuhan dan perkembangan normal atau dalam menanggapi stres.
 
 
Sebagai anti inflamasi, ekstrak temulawak, cabe merah, lada hitam, jintan, cengkeh, pala, kayu manis, mint, jahe, dan Alga hijau menunjukkan efek anti inflamasi. Molekul aktif utama dengan aksi anti inflamasi adalah fenol, terpenoid, dan flavonoid. Molekul-molekul ini menekan metabolisme prostaglandin inflamasi. Sebagai antioksidan, yaitu senyawa yang membantu menunda dan menghambat oksidasi lipid dan ketika ditambahkan ke pakan akan bisa meminimalkan tengik, perlambat pembentukan produk oksidasi beracun, dan membantu menjaga kualitas gizi.
 
 
Natural feed additive sebagai imunostimulan, umumnya dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah yang kaya akan flavonoid, vitamin C, dan karoten. Tanaman mengandung molekul yang memiliki sifat imunostimulan adalah echinacea, akar manis, bawang putih, betaglucan, dan MSP dari Alga. “Tanaman ini dapat meningkatkan aktivitas limfosit, makrofag dan sel NK, serta meningkatkan fagositosis atau merangsang sintesis interpheron,” ucapnya.
 
 
Selain itu, sebagai koksidiostat alami dimana beberapa ekstrak tanaman telah menunjukkan suatu aktivitas melawan beberapa parasit ayam, terutama koksidia. Sebagai contoh bahan ekstrak polifenol asal tanaman yang mulai digunakan sebagai alternatif anti koksidia. Di Indonesia sendiri penelitian terhadap beberapa jenis tanaman herbal seperti sambiloto, jahe merah, temulawak, dan temu ireng dikembangkan sebagai antikoksi alami.
 
 
Diuraikan Yuana, sebagian besar metabolit tumbuhan sekunder aktif ini termasuk ke kelas turunan isoprena, flavonoid, dan glukosinolat. Sejumlah besar senyawa ini telah disarankan untuk bertindak sebagai natural antibiotik atau sebagai antioksidan alami untuk meningkatkan kesehatan saluran pencernaan. Bahan alami ini secara fitokimia dapat mempengaruhi secara selektif mikro-organisme dengan aktivitas anti-mikrobanya, stimulasi eubiosis mikroflora. Konsekuensinya adalah nutrisi yang lebih baik, pemanfaatan dan penyerapan atau stimulasi sistem kekebalan tubuh. Akhirnya bahan alami ini bisa berkontribusi pada kebutuhan nutrisi hewan dan merangsang sistem endokrin dan metabolisme nutrisi menengah. Sistem kekebalan tubuh dan keseimbangan mikroflora (eubiosis). “Beberapa natural feed additive ini juga bisa meiningkatkan dan mengoptimalkan fungsi hati, ginjal, pankreas, dan organ imunitas seperti limpa dan thymus,” ujarnya.
 
 
 
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 251/Agustus 2020

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain