Daging Kerbau, Sebuah Catatan Penting

Daging Kerbau, Sebuah Catatan Penting

Foto: ist/dok.APEDA-India
Standar potongan daging kerbau yang dikeluarkan oleh pemerintah India. (Ilustrasi)

Lampung (TROBOSLIVESTOCK.COM). Sanitasi dan pencegahan penyakit terhadap daging asal luar negeri, termasuk daging kerbau peranannya hingga 80% untuk menjaga kesehatan ternak dan masyarakat.

 

Pakar Kesehatan Masyarakat Veteriner, Higine Pangan dan Zoonosis, Denny Widaya Lukman menjelaskan semua itu merupakan kewenangan medis kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet). Kesmavet juga merupakan bagian penting dari aktivitas masyarakat dan sebagai rantai penghubung antara bidang pertanian dan kesehatan manusia.

 

Kesmavet atau Kesehatan Masyarakat Veteriner didefinisikan sebagai segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan produk hewan, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia.

 

“Bicara kesmavet, pasti akan merembet pula ke sanitasi. Sanitasi cakupannya lebih luas dari keamanan pangan. Jadi saya melihat untuk pemasukan daging dari luar negeri, maka aspek sanitasi ini menjadi komponen utama,” kata dia dalam sebuah seminar daring.

 

Sebenarnya, sudah 5 tahun belakangan ini pemerintah memutuskan untuk mengimpor daging. Fakta terbaru, pemerintah mulai mengambil daging kerbau asal India. Apabila menilik dari sisi sanitasi dan penyakit, kerbau memang memiliki penyakit infeksi yang seragam dengan sapi.

 

Contohnya adalah PMK (Penyakit Kuku dan Mulut) dan merupakan salah satu penyakit eksotik di tanah air. Kemudian, adapula penyakit Bruselosis yang terindikasi sebagai penyakit zoonosis (menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya). Terakhir, adalah penyakit Surra.

 

“Maka dari itu, sanitasi dan pencegahan penyakit terhadap daging asal luar negeri memegang peran penting sebesar 80%. Jangan sampai mempengaruhi kesehatan ternak dan masyarakat,” lanjut dia.

 

Daging Kerbau Juga Layak

Masih menurut Denny, daging kerbau sangat potensial untuk dimanfaatkan. Jumlah protein yang terkandung di dalamnya terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi, yakni 20,39 gram per 100 gram daging kerbau tanpa lemak. Kemudian, jumlah kolesterolnya juga nyata lebih rendah, hanya 46 gram per 100 gram daging kerbau tanpa lemak.

 

Daging kerbau ternyata sangat cocok dengan cara memasak di Indonesia. Umumnya, masyarakat tanah air gemar mengolah daging dengan metode perebusan lama (minimal 45 menit dengan panci bertekanan). Beberapa menu seperti rendang dan semur biasanya menggunakan daging yang banyak mengandung jaringan ikat.

 

Bagian daging kerbau yang banyak mengandung jaringan ikat adalah punuk (blade), paha depan (chuck), penutup (top side), tanjung/bagian tubuh belakang (rump), kelapa/paha belakang bagian atas (knuckle/inside), gandik/pendasar (silverside). Daging yang sarat akan jaringan ikat ini biasanya akan terasa seperti gel jika direbus cukup lama.

 

Apabila daging dimasak dengan waktu yang singkat, maka jaringan ikat belum sepenuhnya berubah menjadi gelatin. Sehingga, daging akan terasa alot.

 

Dari beberapa penjelasan tersebut, sudah sangat jelas bahwa daging kerbau tak kalah bermanfaatnya dengan daging sapi. Selama ini, mungkin saja masyarakat Indonesia terbiasa dengan olahan daging sapi. Jadi, sedikit mengesampingkan potensi yang dimiliki daging kerbau. ed/ajeng

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain