Ceva Broiler University Kupas Tuntas Penyakit

Ceva Broiler University Kupas Tuntas Penyakit

Foto: 


Vaksinasi in-ovo memiliki teknologi dual pressure injection yang dapat beradaptasi sesuai dengan kedalaman embrio dan ukuran telur, serta dapat menghindari terjadinya kontaminasi, sehingga DOC yang dihasilkan lebih berkualitas
 
Memiliki jargon together beyond animal health, PT Ceva Animal Health Indonesia (Ceva) masuk ke dalam jajaran Top Ten perusahaan kesehatan hewan yang tumbuh dengan sangat pesat. Ceva pun terus berinovasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk akademisi.
 
Berkolaborasi dengan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University, Ceva pun kembali menyelenggarakan Ceva Broiler University Indonesia di Bogor, Jawa Barat pada Selasa hingga Kamis (14-16/2). Rangkaian acara kali ini, diisi dengan kegiatan nekropsi dan diagnosa embrio, seminar mengenai update penyakit IBD (infectious bursal disease), IB (infectious bronchitis), ND (newcastle disease), serta AI (avian influenza) dari para ahli, dan ditutup dengan 
program sosial trekking di Sentul,Bogor.
 
Country Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, Edy Purwoko menyebutkan Ceva Broiler University ini ditujukan bagi dokter hewan muda untuk menyegarkan kembali ilmu yang diperoleh saat kuliah dulu. “Kami berharap kegiatan ini  bermanfaat bagi peserta saat di lapangan,” ucap Edy.
 
Dekan SKHB IPB University,Prof Deni Noviana menyambut baik acara ini.Ia mengharapkan agar Ceva bisa menggunakan fasilitas laboratorium SKHB dengan optimal. Harapannya, ilmu yang diperoleh dari kegiatan ini dapat diterapkan. Pada akhirnya dapat membantu mencerdaskan anak bangsa, melalui penyediaan sumber protein yang terbaik.
 
Pada kesempatan yang sama Dosen SKHB IPB University, Prof Agus Setiyono, dalam materinya bertajuk ‘Poultry Necropsy and Sampling’, menyampaikan nekropsi tentunya bukanlah hal baru, namun hingga saat ini masih menjadi hal yang penting. Ia juga memaparkan teknikteknik dasar nekropsi dan sampling pada dan seterusnya. 
 
Menjaga kesehatan embrio unggas dapat dimulai dari tata kelola breeder yang baik, seperti melaksanakan biosekuriti dengan ketat dan melaksanakan vaksinasi in ovo,” ungkapnya. Sementara itu Dosen SKHB IPB University, Andriyanto dalam presentasi yang berjudul ‘Free Drugs Poultry Production’ menyampaikan, secara garis besar obat hewan digolongkan menjadi beberapa jenis, yakni biologik seperti vaksin, farmasetik termasuk antibiotik, premiks. 
 
Berikutnya alami seperti herbal,bahan baku, dan alat diagnostik. Obat hewan ini harus memenuhi tiga syarat utama yaitu berkhasiat, bermutu, dan aman. “Pemeliharaan ayam tidak bisa 100 % tanpa tambahan obat. Namun, untuk  menjaga kesehatan ayam dan menurunkan tingkat kematian akibat infeksi virus, diperlukan sediaan vaksin, biosekuriti, feed additive, dan probiotik” papar Andriyanto.
 
Adapun pemaparan lain disampaikan oleh para ahli perunggasan nasional lainnya, seperti Prof Widya Asmara dari UGM (Universitas Gadjah Mada) yang membahas Avian Immunology dan Prof Suwarno dari Unair (Universital Airlangga) yang membicarakan tentang ND.
 
Keunggulan Vaksinasi In Ovo
Selain update informasi penyakit,Ceva juga memberikan update teknologi vaksinasi terkini melalui produknya Ideal In-ovo Vaccination: Laser Life® and Egg Inject®. Disampaikan oleh VSE Supervisor Automation Ceva Animal Health Indonesia, Untung Prayitno bahwa cara kerja vaksinasi in-ovo Laser Life® and Egg Inject®, yaitu telur akan melewati proses Laser Life® yang merupakan teknologi candling terkini untuk mengidentifikasi telur hidup, busuk, atau mati.
 
Kemudian, informasi tersebut disampaikan untuk tahap selective dual pressure system pada Egg Inject®. Pada tahap ini, hanya embrio hidup yang diinjeksi atau divaksinasi. Sementara telur busuk atau yang mati, akan tetap berada di tray, dan tidak disentuh untuk menghindari kontaminasi.
 
Selanjutnya masuk ke tahap selective egg transfer, yakni hanya embrio hidup yang ditransfer ke keranjang hatcher untuk ditetaskan. “Teknologi vaksinasi in-ovo ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan vaksinasi secara tradisional.
 
Salah satunya memiliki teknologi dual pressure injection. Teknologi ini dapat beradaptasi sesuai dengan kedalaman embrio dan ukuran telur. Keunggulan lainnya dapat menghindari terjadinya kontaminasi, sehingga DOC yang dihasilkan lebih  berkualitas,” papar Untung.TROBOS/Adv

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain