Harga Broiler dan Telur Masih Jeblok

Melewati hari kemerdakaan Indonesia, nada pesimistis terlontar dari para praktisi sektor perunggasan di Tanah Air. Para peternak memprediksikan dalam 2 bulan ke depan harga broiler (ayam pedaging) masih tidak bagus.

 

Seperti yang disampaikan Sigit Prabowo, peternak broiler asal Bogor yang juga merupakan Ketua PPUN (Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara). Di penghujung Agustus (29/8), Sigitmengungkapkan harga broiler terjun bebas. Di Bogor, harga broiler mencapai Rp 13 – 14 ribu per kg.

 

“Peternakan rakyat UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) hari ini menjerit karena ulah pelaku yang gede – gede,” keluhnya. Sigit menambahkan jeritan peternak kecil ini diduga diakibatkan oleh perusahaan – perusahaanbesar memperebutkan pangsa pasar yang mengakibatkan predatory pricing.

 

Menurut pengamatan Sigit, anjloknya harga broiler di Agustus dikarenakan pasokan ayamyang melimpah. “Kita tidak boleh menyalahkan permintaan ayam yang turun, solusinya kita yang harus kontrol pasokan,” katanya.

 

Ia mengatakan, harga broiler di wilayah Jabodetabek turundrastis jika dibandingkan bulan lalu, meski di Agustus ini sempat berada di angka Rp 20 ribu per kg selama 2 hari. Pada 23 Agustus lalu harga live bird (ayam hidup) di wilayah Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi) masih berada di angka Rp 16 ribu per kg dengan HPP (Harga Pokok Produksi) sebesar Rp 18.500 per kg. “HPP sebesaritupun kalau manajemen peternakannya bagus,” kilah Sigit.

 

Sedangkan, untuk daerah Cianjur menurut pantauan Sigit, saat ini berada di harga Rp 15 ribuper kg. Ia menambahkan, harga DOC (Day Old Chicken/ayam umur sehari) untuk daerah Jabodetabek berada di harga Rp 5.500 per ekor dengan harga pakan Rp 7 ribu per kg.

 

Diakui Sigit, sepanjang Agustus tidak ada masalah yang begitu berarti di kandang. “Kendalahampir tidak ada, cuma masalahnya kelebihan pasokan,” ungkapnya. Sigit juga memprediksikan beberapa bulan kedepan harga broiler masih akan terayun – ayun. “Apalagi nanti menjelang Bulan Suro, permintaan terutama di Pulau Jawa pasti menurun,” jelasnya.

 

Sama halnya dengan Sigit, Yan, Peternak asal Medan Sumatera Utara juga mengeluhkan penurunan harga broiler ini. “Harga broiler sedang turun dibandingkan harga bulan lalu yangmasih tinggi. Di Medan kelihatannyajuga sudah mulai kelebihan pasokan,” ujarnya.Harga broiler di wilayah Medan di akhir Agustus berada di kisaran harga Rp 19.500 per kg dengan HPP Rp 16.500 per kg. Harga ini mengalami penurunan dibanding beberapa waktu lalu. Sebelumnya harga broiler berada pada Rp 20.000 – 20.500 per kg. Yan mengatakan perubahan harga sangat cepat, hal ini juga disebabkan permintaan yang menurun. “Mungkin juga karena akhir bulan, jadi permintaan turun,” tuturnya.

 

Untuk harga DOC di Wilayah Medan, dikemukakan Yan masih berada di kisaran harga Rp 6 ribu perekor dengan harga pakan yang stabil berada di kisaran harga Rp 7.200 – 7.300 per kg. Kendala yang kerap kali ditemui oleh para peternak di Medan di Agustus adalah masalah kualitas DOC yang kurang baik. Sedangkan untuk permasalahan slow growth(pertumbuhan yang lambat)yang menjadi masalah di Juli kemarin diduga akibat sapronak (sarana produksi ternak) yang kurang baik diakui Yan sudah mulai membaik. 

 

Yan mengungkapkan,pasokanDOC di Medan diprediksi akan berkurang sehingga memungkinkan adanya kenaikan harga ayam hidup untuk ke depannya. “Ya sebagai pelaku usaha sih inginnya harga stabil terus,” harapnya.

 

Sementara di tingkat nasional yang dihimpun dari berbagai sumber, harga ayam cukup fluktuatif dan secara garis besar mengalami penurunan. Di wilayah Denpasar misalnya, terlihat mengalami kenaikan di tengah Agustus sebesar Rp 20ribu per kg (11/8)dan menurun di akhir Agustus menjadi Rp 19.500per kg.

 

 

Harga Telur

Kondisi harga telur pun tidak berbeda jauh dari broiler. Hidayaturrahman, peternak layer di daerah Blitar Jawa Timur mengungkapkan,permintaan pasar akhir Agustus cenderung lesu. Harga telur (23/8) sebesar Rp 16 ribuper kg dengan HPP di kisaran Rp 17.500per kg. Salah satu penyebabnya, permintaan menurun, daya beli menurun, meskipasokan telur diakui pria yang akrab disapa Dayat ini stabil.

 

Untuk pullet di daerah Blitar dan sekitarnya diungkapkan Dayat terjadi penurunan pasokan yang menyebabkan kenaikan harga. Saat ini pullet berumur 16 minggu untuk daerah Blitar seharga Rp 58 ribuekor.

 

Sedikit berbeda dengan daerah Blitar, Ari Wibowo, salah satu peternak layer di Makassar Sulawesi Selatan mengungkapkan, terjadi penurunan harga telur di Agustus. Namun,harga telur untuk daerah Makassar ini masih berada diatas HPP. Diungkapkan Ari, penurunan harga telur terjadi dikarenakan permintaan dari luar daerah yang berkurang.

 

Pada (24/8) harga telur di daerah Makassar dan sekitarnya berada di Rp 31 ribu /eggtray (30 butir) dengan HPP Rp 25 ribuper kg. Ari juga menambahkan pada akhir Agustus terjadi kelangkaan DOC layeryang mengakibatkan kenaikan harga. “ Akhir Agustus harga DOC tinggi sekitar 10.500 per ekor, padahal biasanya 5.000 per ekor,” ungkapnya. TROBOS/nurul

 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain