Foto: trobos
Serangkaian langkah pencegahan penyakit seperti desinfeksi, sanitasi, pemeriksaan titer di laboratorium, dan program vaksinasi dilakukan secara rutin
Menjadi peternak layer (ayam petelur) bisa dikatakan sebagai ketidaksengajaan bagi Nata Pribadi. Pemilik Poultry Shop (PS) CV Pioneer yang lebih akrab disapa Noto ini berkisah, awalnya hanya berbisnis poultry shop sejak 1972. Melihat potensi peternakan yang besar disekitarnya, tetapi tidak diiringi fasilitas kandang yang memadai, Noto berinisiatif membangun kandang percontohan bagi para pelanggannya yang kebanyakan adalah peternak. “Dulu di sini kandang-kandangnya masih sangat tradisional, hanya disusun seperti lemari. Lalu saya contohkan membuat kandang yang memperhatikan faktor intensitas cahaya dan sirkulasi udara. Kemudian saya mulai isi sedikit-sedikit dan ternyata bisa berkembang dari 1986 hingga sekarang,” kisah pria kelahiran Banyumas Jawa Tengah ini.
Pemilik peternakan layer yang berlokasi di Purbalingga Jawa Tengah ini mengakui, masa terberatnya selama beternak layer adalah saat menghadapi serangan penyakit Avian Influenza (AI/flu burung) di 2003. Tidak kurang dari 17.000 ekor ayamnya mati. Noto bercerita, saat itu belum ada vaksin AI yang legal untuk digunakan sehingga dirinya melakukan pembersihan besar-besaran dengan melakukan cuci kandang dan fumigasi pada semua fasilitas mulai dari gudang pakan, hingga gudang telur. “Setelah menunggu sekitar 1 bulan, kandang kami coba gunakan kembali dengan memasukkan 140 ekor dan ternyata tidak terjadi penyakit apapun. Artinya kandang sudah bersih dan bisa digunakan kembali,” kenangnya.
Pentingnya Uji Laboratorium
Tidak ingin kasus AI terulang kembali di peternakannya, Noto melakukan serangkaian langkah pencegahan dengan melakukan desinfeksi dan sanitasi secara rutin serta mulai mengikuti program vaksinasi AI. Sejak awal, dirinya memilih menggunakan vaksin AI dari Medion karena merupakan produk lokal dan strain virusnya berasal dari lokal sehingga paling cocok digunakan. “Terbukti, sejak menggunakan vaksin AI dari Medion, peternakan saya belum pernah terkena kasus AI lagi,” klaimnya.
Selain program vaksinasi rutin, Noto juga merasa penting melakukan uji laboratorium untuk mengecek titer dari ternaknya. “Saya pertama mengetahui Medion memiliki fasilitas uji laboratorium yaitu Medilab dari seminar-seminar yang digelar Medion. Menurut saya uji laboratorium ini sangat penting untuk dilakukan,” tandasnya. Dirinya melakukan uji laboratorium untuk mengecek titer guna menentukan jadwal revaksinasi AI yang tepat.
Sebulan setelah melakukan vaksin AI, Noto kembali melakukan uji laboratorium untuk mengecek titer. “Jika titernya berkisar di 24-29, artinya antibodi bisa melindungi terhadap serangan AI,” klaimnya. Biasanya, lanjut Noto, tim dari Medion akan membawa sampel serum dari beberapa ternak, antara 40-60 sampel tergantung jumlah ternak dalam 1 flok ke Medilab. “Hasilnya keluar sangat cepat, dan saya sangat percaya hasilnya akurat. Selain itu, manfaat dari melakukan uji di Medilab ini, saya jadi tahu hasil titernya apakah masih bisa melindungi ayam kita atau tidak kaitannya dengan efektivitas dari vaksin yang kita gunakan,” terangnya.
Dalam 1 periode layer minimal 2 kali Noto akan melakukan uji titer di Medilab. Noto menyampaikan harapannya agar pelayanan uji laboratorium dari Medion serta pengambilan sampel titer yang sudah berjalan cukup baik selama ini dapat terus ditingkatkan. Dirinya juga berbagi tips dalam beternak layer diantaranya dengan membuat kandang yang baik, memilih DOC (ayam umur sehari), pullet dan pakan yang berkualitas, serta mengikuti program vaksinasi yang tepat dan secara berkala melakukan uji laboratorium untuk memastikan titer tetap terjaga sehingga kasus AI tidak terulang. TROBOS/Adv