Kandang Puyuh Berbasis Android

Kandang Puyuh Berbasis Android

Foto: 
Kontroler IoT SQUAH

SQUAH diciptakan untuk membantu para peternak puyuh yang memiliki pengetahuan tentang beternak puyuh yang baik. Peternak puyuh dipacu untuk beralih ke teknologi 4.0 untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan keuntungan dan meringankan beban kerja yang dilakukan
 
 
Kandang puyuh konvensional biasanya memiliki umur penggunaan yang tidak lama. Pembersihan kandang, pemberian makan dan minum yang tidak teratur menjadi kendala tersendiri bagi peternak burung puyuh. Karena itulah diperlukan modernisasi terhadap kandang puyuh agar tercipta kandang yang tahan lama dan dapat memudahkan para perternak dalam beternak puyuh. 
 
 
Permasalahan inilah yang menjadi pemikiran tim mahasiswa IPB University dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi atau PKM-T 2019, dengan membuat kadang puyuh otomatis yang memanfaatkan android yang diberi nama Smart Quail House (SQUAH).
 
 
Para mahasiswa itu adalah Mohammad Daffa Valdivia, Rhavif Budiman, Rizkia Hadi Safitri dan Egy Rizky Ismail dari Jurusan Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Ada pula M Lutfi Zayyan dari Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan; dan Mirsa Wahyuni dari Jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Tim ini dibimbing oleh dosen, Lilis Sucahyo dari Jurusan Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.
 
 
Masing-masing personil, memiliki tugas sendiri untuk penelitian ini. Menurut Daffa sebagai Ketua Tim, penggagas ide untuk penelitian ini adalah Rhavif. Ia sendiri bertugas mengkordinasikan anggota untuk pembagian  kerja dan melakukan fabrikasi kandang yang dibantu Zayyan. Sementara Egy bertugas dalam merangkai Internet of Things (IoT) untuk kontroler SQUAH, Rizkia bertugas melakukan analisis ekonomi teknik sekaligus bendahara, dan Mirsa bertugas mencari referensi tentang puyuh baik pakan sampai cara beternak puyuh yang baik. 
 
 
Daffa mengungkapkan, SQUAH tercipta dari penelurusan lapangan di peternakan puyuh. Pemilik peternakan puyuh menginginkan adanya pengendalian lingkungan yang terukur untuk kenyamanan puyuh petelur sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Pemilik peternakan juga menginginkan adanya kandang yang terbuat material yang kuat dan tahan lama, sehingga dapat menekan biaya pengadaan kandang 
 
 
“Kami juga melihat, peternakan puyuh masih belum mendapat perhatian besar di Indonesia. Peternakan puyuh belum menerapkan teknologi 4.0 dalam pengelolaannya. Hal ini menjadi potensi yang baik untuk diterapkan sehingga dapat meningkatkan produktivitas puyuh petelur,” ujar Daffa.
 
 
Dijelaskannya, burung puyuh memiliki produktivitas yang baik jika kondisi kesehatan dan kondisi kandangnya pun baik. Ini dapat meningkatkan produksi telur dan meningkatkan kualitas telur puyuh. Dampaknya adalah meningkatnya keuntungan peternak dan dapat meningkatkan nilai jual telur puyuh karena kualitasnya baik. “Karena itu kami membuat kandang yang bisa diawasi langsung menggunakan aplikasi yang kami namakan SQUAH, yang bisa memantau kondisi kandang puyuh melalui smartphone,” terangnya. 
 
 
Keunggulan SQUAH
Daffa menerangkan bahwa SQUAH bekerja secara otomatis dengan mengontrol pengendalian suhu dan kelembapan, serta pembersihan kandang dengan konveyor. Pengendalian kondisi kandang dilakukan menggunakan webcam untuk direkam ke dalam aplikasi SQUAH. 
 
 
Menurutnya, ada tiga data yang dicatat secara periodik sesuai rentang waktu yang diinginkan, yaitu suhu, kelembapan, dan kebisingan. Tiga data ini direkam melalui modul kontroler SQUAH yang terhubung langsung ke aplikasi android dan secara otomatis terbentuk dalam grafik yang menunjukkan peningkatan maupun penurunan terhadap kondisi kandang puyuh.
 
 
 
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 241/Oktober 2019
 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain