Harga Broiler dan Telur Melandai

Harga live bird (ayam hidup) dibeberapa daerah di Indonesia memasuki minggu ke-2 bulan puasa sudah mulai menurun. Bahkan, situasi tersebut diprediksi sampai minggu ke-3 bulan puasa dan baru membaik seminggu menjelang Lebaran.

 

Diutarakan Jenny Soelistiani, peternak broiler (ayam pedaging) asal Lampung, harga didaerahnya hanya Rp 16.000 perkg. Padahal sebelum puasa mencapai harga Rp 18.000 –19.000 perkg. “Turunnya harga ayam sejak masuk puasa hari pertama sampai sekarang (24/6),” ujarnya .

 

Bahkan dikhawatirkan mulai minggu ke 2 – 3 bulan puasa harga akan lebih turun dan bisa mencapai dikisaran Rp 12.000 – 13.000 per kg. “Harga bagus hanya menjelang awal puasa dandiperkirakan seminggu menjelang Lebaran,” cetusnya.Jenni memprediksi harga ayam di tingkat peternak menjelang Lebaran paling tinggi di Rp 19.000 perkg karena pasokan ayam banyak sehingga harga tidak terlalu naik.

 

Sugeng, peternak broiler asal Bogor mengatakan, harga ayam hidup Rp 15.500 per kg (24/6) atau turun dari harga sebelumnya yang mencapai Rp 17.500 – 18.700 per kg. Penyebab harga turun karena stok ayam masih banyak sehingga diprediksi harga ayam akan terus turun.

 

Kondisi yang sama terjadi di Solo Jawa Tengah. Yefri Wilhamdari, peternak broiler asal Solo mengungkapkan, broiler terus turun dari sebelumnya, bahkan dibawah HPP (Harga Pokok Produksi). Saat ini harga ayam dikisaran Rp 13.500 –14.000 per kg sementara HPP mencapai Rp 16.000 per kg.

 

Yefri menduga, penyebab harga turun karena tidak ada momen khusus dan serapan pasar lemah walaupun masa libur sekolah. Juga karena stok ayam ukuran besar cukup banyak. “Harga bagus hanya menjelang puasa sebesar Rp 18.500 perkg, tetapi harga DOC (ayam umur sehari) tinggi sehingga keuntungannya pun tidak maksimal,” jelasnya.

 

Sementara itu, kondisi sedikit berbeda terjadi di Kalimantan Selatan. Diungkapkan Rudi peternak broiler asal Kalimantan Selatan, harga broiler sedikit lebih baikdan membaik mulai menjelang puasa dari Rp 15.000 per kg mencapai Rp 21.500 per kg (15/6) dan bertahan hingga (24/6) untuk semua ukuran.

 

Harga yang cukup baik dan bisa bertahan di angka Rp 21.500 per kg karena penjualan ayam hidup dilakukan melalui satu pintu. Dari 26 perusahaan yang ada di Kalimantan Selatan penjualan ayamnya diwakilkan kepadatim sebanyak 7 orang ditambah 1 orang koordinator dan 1 orang administrasi. “Melalui pola ini harga ayam hidup di tingkat peternak merangkak naik. Kondisi itu dipengaruhi adanya pemotongan DOC di breeding (pembibitan).

 

Rudi uga memprediksi, pada minggu ke-2 dan ke-3 puasa harga akan turun karena permintaan pasar yang turun dan akan bergeliat kembali di minggu ke-4 puasa. Dia berharap peternak tidak mengalami kepanikan dalam menjual ayamnya.

 

Harga Telur Turun

 

Untuk telur, disampaikan Ahong, peternak layer asal Jogjakarta, harga telur agak turun rata-rata di Rp 18.000 per kg (24/6). Padahal sebelumnya berada di kisaran Rp 18.500 – 19.000 per kg dengan HPP dikisaran Rp 15.000 – 15.500 per kg. Menjelang Lebaran harga telur diprediksi di kisaran Rp 19.000 – 20.000 perkg. “Harapannya harga telur jangan terlalu tinggi, kasihan konsumen. Walaupun nanti setelah Lebaran tidak tahu juga harganya akan seperti apa,” jelasnya.

 

Sedangkan, Soeyanto peternak layer asal Tangerang mengatakan, harga telur di Jabodetabek mulai turun menjadi Rp 18.500 – 19.200 per kg (25/6). Padahal sebelumnya di awal Juni sekitar Rp 19.500 – 19.800 per kg. “Untuk bulan depan diprediksi kalau ayam banyak diapkir harga akan membaik, tetapi jika sedikit ayam yang diapkir harga akan turun,” katanya.

 

Harga DOC

 

Harga DOC diLampung untuk panen menjelang puasa dan masa panen menjelang Lebaran, dikatakan Jenny harganya cukup naik, seperti di Lampung yang mencapai Rp 5.600 perekor. Kalau saat ini (24/6), harganya sudah turun sebesar Rp 3.600 perekor, karena masa panennya nanti sudah lewat Lebaran.

 

Walaupun begitu, harga DOC untuk panen menjelang puasa dan masa panen menjelang Lebaran tahun ini tidak setinggi tahun sebelumnya yang bisa mencapai Rp 7.000 per ekor. Mungkin salah satu penyebabnya akibat pemangkasan produksi DOC di breeding. Juga, ditambah penguasaan internal farmsaat ini yang cukup besar dari perusahaan integrasi, sehingga permintaan DOC tidak terlalu besar. “Kalau peternak mandiri sepanjang Pulau Sumatera sudah mulai berkurang jumlahnya dan banyak juga yang tidak rutin dalam pemasukan DOC-nya,” jelas Jenny.

 

Untuk harga DOC di Kalimantan Selatan, sudah mulai turun dan kembali di harga Rp 4.500 perekor. Sebelumnya, menjelang puasa naik sekitar Rp 5.000 – 5.250 perekor. Salah satu penyebabnya, selain momentum, juga akibat kesepakatan di Kementerian Pertanian untuk pemotongan di breeding sebesar 40 % beberapa waktu lalu. “Hari ini (24/6) harga DOC Rp 4.500 perekor sehingga HPP menjadi Rp 17.500 per kg,” jelas Rudi.

 

Sedangkan menurut Ahong,saat ini harga DOC layer Rp 3.500 perekor dan sudah bertahan cukup lama. Berbeda dengan tahun kemarin, kelebihan produksi DOC layer sangat besar sehingga breeding dan peternak rugi. Idealnya harga DOC layer di Rp 6.000 perekor ditingkat breeding.

 

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 190 / Juli 2015

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain